Sepertiga

Pagi, masih pagi tapi terlalu banyak keputusan yang harus diambil, memilih-memilih, menimbang, dan memutuskan untuk melakukan hal-hal yang tak terlalu sulit di pagi hari.

Ada sesuatu, sesuatu yang harus dilakukan saat ini juga, mengirimkan sebuah email sederhana permintaan maaf, sudah lupa kapan tepatnya kami mulai berhenti berbicara. Aku mengetiknya tanpa berpikir, maafkan aku dan tersenyumlah untukku lagi.

Pagi masih resah, tiba-tiba aku harus berada di suatu tempat mengikuti pertemuan entah dengan siapa, dan dengan langkah ringan, aku memasuki ruangan.

Ternyata dia ada, entah darimana dia muncul, setelah dua hari aku menempuh jarak yang jauh mencarinya. Hari ini dia datang, masih dalam kikuk.

Aku tau aku telah dimaafkan ketika dia menarik sebuah kursi dan memintaku duduk di sampingnya.

Aku merangkum wajah itu, garis-garis tegas wajahnya, yang tak sering tersenyum. Dalam diam, aku menikmati hadirnya, duduk di sampingnya.

"Aku ingin merokok.." bisiknya pelan memecah kekakuan.

dan lalu dia mengatakan terlalu banyak hal yang manis, dalam kemampuan menurunkan volume suara yang mengagumkan hingga hanya aku dan dia saja yang dapat berbicara.

Dia mengambil smartphoneku, dan memberikan smartphonenya padaku, entah apa maksudnya, kami berbagi tawa tersendat. Bahasa tubuh yang cair dan ada tawa lagi.

Meeting terus berjalan, entah dimana kami sebenarnya. Ketika meeting selesai, selesai sudah, aku beranjak pergi.

Aku meninggalkan ruang, berharap masih ada yang bisa dikatakan, setidaknya, selamat tinggal,

"Mari makan siang denganku.." katanya
"Aku tidak mau.." Jawabku seadanya

dan dia kembali merampas senyumnya, maafkan aku, aku tak pandai berkata manis. Sebenarnya aku hanya ingin makan siang berdua denganmu, bukan dengan semua peserta meeting.

Aku mencoba melupakan, mungkin aku hanya bermimpi, mimpi siang..

"Sar, pacarmu ya yang tadi sar.." tanya si bos
"Saya lihat kalian akrab sekali.."

"Bukan, dia hanya teman, teman berantemku, namanya si Harimau"

Harimauku, maafkan, entah kenapa kita selalu salah paham dan emosi selalu tersulut ketika berbicara dengannya. Begitu mudah untuk salah paham denganmu namun begitu sulit menepikanmu..

Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011