dan biarkan saya..

Dua minggu ini, tiba-tiba level beban kerja saya meningkat tajam. Jangankan buat browsing-browsing atau menulis, buat lihat jam saja saya tidak sempat. Tiba-tiba selalu ada yang berteriak, mari kita pulang sudah waktunya pulang. Sore kadang masih harus pulang agak telat karena masih harus beres2 ini beres2 itu.

Lalu diantara dan disela itu semua saya masih harus dibriefing sama si bos, katanya kemarin, setengah his knowledge udah susah ditransfer ke kepala saya. Iya, benar, tapi saya selalu harus mendengarkan semua argumen dia, untuk postpone niat saya sekolah lagi. Banyak sekali argumen-argumen yang bagus, saya mengakuinya. Masuk akal dan sangat bagus, bahkan awalnya tidak terpikir sama sekali. Belum lagi kegiatan -ospek- istilah saya untuk meyakinkan saya bahwa saat ini masyarakat sangat membutuhkan saya dan sekolah masih bisa menunggu.

Kalau alasan-alasan ini saya masih mau mendengar, tapi kalau sudah menyentuh zona pengelolaan pribadi seperti masalah "perempuan yang sekolah terlalu tinggi akan sulit mendapatkan jodoh", saya akan mulai berkosentrasi dan mengulang-ulang sugesti yang diberikan mbak saya dulu di Adelaide, "A Smart Woman only for A Smart Man". Smart, tentu saja tidak berbanding lurus dengan titel ini itu. Yup, saya percaya itu, kalau kata adik saya, " I haven't met you yet"

Sebenarnya saya ingin melawan, berteriak, menggebrak meja, menendang pintu,
"Ah, ini pasti karena saya perempuan, coba kalau jenis kelamin saya laki-laki, kalian semua akan dengan senang hati memberi saya selamat dan menyemangati saya"

Akhir-akhir ini saya membaca banyak buku dari perpustakaan beujroh, tentang gender, tentang gender dan agama, mungkin alam bawah sadar saya yang menuntun saya dan mengatakan, ini bukan hanya masalah kamu tapi ini juga masalah kaum kamu, sejak jaman jebot dulu, perjuangan ini tak akan ada akhirnya.

Lalu ketika saya hanya tersenyum manis, mengangguk, dan diam tanpa komen, mereka tau, saya sedang melawan, mengatakan, ini pilihan saya, saya akan bergeming.

Meski dalam hati saya, saya tau, saya juga tidak terlalu yakin dengan pilihan-pilihan saya, saya percaya, ini bukan pilihan yang diambil dalam ketergesaan. Saya memilih dengan hati seorang perempuan dewasa.

Saya berterimakasih keluarga masih mendukung saya dengan hangat, sahabat-sahabat seperjuangan saya waktu kuliah master, mereka selalu penuh motivasi dan semangat.

Maka saya saat ini melakukan apapun yang saya bisa, sebelum saya berangkat. Saya ikhlas melakukannya dengan senang hati karena saya tau saat ini adalah momen yang paling menyenangkan dalam perjalanan karir saya sebagai PNS.

Makasi Bos sudah terlalu percaya pada kemampuan saya, hanya kali ini biarkan saya terbang dan menggapai mimpi saya.

Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011