Antri dunk ..

Masalah antri ini, sungguh mengganggu pikiran saya. Apalagi kejadian sabtu kemaren, di sebuah toko alat tulis paling happening di Banda Aceh.

Sabtu, hari terakhir libur, senin anak-anak sudah mulai sekolah lagi. Saya ditugaskan nenek buat beli price label, karena kaos jualan kami harus di tag harga. Toko penuh sesak, anak-anak sibuk mencari kebutuhan mereka dengan wajah berbinar. Saya tersuruk-suruk mencari pramuniaga, tidak tau tembak-tembakan harga itu letaknya mana. Setelah berhasil menemukan si mbaknya, dan ternyata letaknya nun jauh di atas, harus nyari tangga buat manjat. Lalu si mbak nanya, saya mau diajarin gak buat pakenya, saya bilang saya udah bisa kok, berhubung hawa toko yang semakin gerah.

Saya segera berlari ke kasir, halah, antrinya gila-gilaan. Kebetulan ada dua kasir, saya tidak mengerti, apakah antriannya cuma satu atau dua. Saya mempelajari situasi, sepertinya bisa antri di kasir yang pertama dengan lebih leluasa. Pelan saya bergerak, abang-abang yang di depan saya mundur tiba-tiba, dia menabrak saya, lalu melirik garang.

"Maaf bang, antri dulu, jangan maen serobot aja " ehm, pastinya ini si mbak kasir yang ngomong, sumpah bukan saya, dan barang si abang yang cuma dua potong dipindahin ke belakang.

Lalu si bapak kasir yang satu lagi yang notabene pemilik toko mulai menghitung belanjaan saya.

"Hei, kamu mau kenalan sama saya ? Kamu gak tau siapa saya ?" Tiba-tiba si abang itu berteriak sambil mengacung-acungkan kepalan tangannya ke si bapak kasir yang sedang mengembalikan uang saya.

Saya cepat-cepat kabur, suasana mulai memanas. Saya meliriknya sekilas, rambut cepak, badan tegap, dan hari ini mungkin dia tidak memakai seragamnya.

Ah, saya tidak tau gimana akhir ceritanya. Masalah antri-antrian ini sangat tricky di Aceh, atau malah di Indonesia. Sepulang sekolah, saya sangat menjunjung tinggi azas antri-antrian, marah kali kalau ada yang memotong antrian. Hingga insiden tangan saya ditarik keras oleh seorang bapak yang memotong antrian saya ketika membeli tiket kapal lambat, karena saya dengan keberanian luar biasa menegurnya pelan.

Sejak saat itu saya tidak perduli lagi kalau ada yang memotong antrian saya, suka-suka kamulah. Paling saya diam tapi selalu berusaha serapat mungkin dengan yang berdiri di depan saya.

Pulang dari menunaikan ibadah haji, saya semakin ahli mengantri dan menyerobot. Semua kegiatan antri intinya serobot-serobot-an di sana. Lebih sigap mencari peluang dan mempelajari keadaan. Antrian sepanjang apapun bisa saya akali, tetap dijalur resmi dan tetap menghormati peng-antri lain.

Ah, tapi sekarang-sekarang ini, kalau gara-gara antri harus buang-buang energi buat marah, saya tidak mau lagi. Mungkin kita belum siap buat antri, mungkin kita hanya belum siap untuk lebih tertib. Bahkan pihak-pihak yang harus menjaga ketertiban belum siap untuk antri, konon yang lainnya, sulit sekali berbudaya antri.

Harusnya kemaren saya bilang,
"Nama saya sari, nama abang siapa?"
Kasihan si abang pengen kenalan tapi gak ada yang mau kenalan sama dia, hee..

Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011