Dek, Boncengin abang ya :)

Selalu ada tawa jika bersamanya dan kebodohan yang luar biasa.

Tiba-tiba dia menelpon saya, saya dimintain tolong memeriksa akte kelahiran yang versi bahasa inggrisnya. Siang bolong, saya baru selesai nonton "Pasta" masih in good mood.

Datanglah saya dan bang rio ke kantornya. Kebetulan dia sedang menuju kantornya..

"Dek, kita naik motor aja, suratnya di pendopo.."

Saya mengambil bang rio yang sudah saya parkir rapi diparkiran samping kantor.
Dia sudah menunggu saya dengan manis, saya siap-siap turun, membuka helm, dan berniat menyerahkan kunci bang rio..

"Udah adek aja yang bawa, abang mau nelpon ni.."

"Serius Bang?"

Tiba-tiba dia sudah naek diboncengan saya. Kaget.

Saya menghidupkan bang rio menstaternya, dan uh, berat sangat, jalan keluar yang mendaki dan saya tidak bisa menguasai stang, gas saya kencangkan, dan naeklah bang rio dengan oleng, saya rem kuat dan dia terdorong ke depan, segera mengakhiri pembicaraannya di telepon dan melompat turun dari bang rio.

Saya nyengir, menunggunya di ujung jalan, terlanjur basah, dia naik lagi di boncengan saya, kali ini, turunan pendopo menanti, saya menekan rem pelan, bang rio saya berhentikan di depan pendopo.

Saya dan dia tertawa-tawa, dia pikir saya dah paten kali bawa honda. Ha..ha.. saya gak bisa bonceng orang, gak pernah, apalagi yang segede dia.

"Abang kira adek dah pintar kali bawa hondanya.." katanya membela diri.

Lagian, dia, ngapain juga mau saya bonceng, dengan rok seragam hansip saya yang sempit, pengalaman saya yang minim dalam dunia perboncengan.

"Bu, itu bu, anaknya bu, yang bonceng saya, hampir jatuh kami bu.."
Dia langsung ngadu ke si ibu sesampainya di pendopo, sambil nunjuk-nunjuk muka saya.

Saya yakin seyakin-yakinnya, dia pasti kaget luar biasa dan berjanji tidak akan pernah mau lagi saya bonceng..hee..

Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011