Dear Mbak Cinderella

Dear Mbak Cinderalla,

Apakabar Mbak? Aku mau curhat sama mbak, boleh ya mbak? Semoga email ini bisa mbak baca di sela-sela kesibukan mbak. Gini ceritanya mbak :

Weekend kemarin aku seharian berkutat dengan proposal ekowisata mangrove Iboih. Malam Sabtu setelah informal meeting ma timku, aku targetkan menyelesaikan proposal writing dalam satu hari. Malam minggu, abrakadabra, proposal beres. Selesai salat Isya aku langsung masuk kamar, siap-siap buat mengakhiri hari, letih sangat.

Mbak kenal Bebek kan? Ya itu dulu sepertinya aku pernah cerita tentang bebek juga ke mbak.

Tidak terpikirkan sejam kemudian aku udah sama bebek menyusuri jalan kota yang macet parah. Mengurungkan niat melihat pameran city expo di Blang Padang dan memilih duduk di sebuah Kedai Pasta yang baru buka di seputaran Jambo Tape. Sepertinya kami pengunjung terakhir, hidangan dalam menunya sudah pada habis. Aku awalnya pesan Spaghetti tapi yang datang Fettucini, kompakan sama pesanan bebek.

Waktu berjalan cepat, aku masih tidak percaya, aku sedang bersama bebek. Hmm, too good to be true. Bebek dimana aku dimana, dengan semua kesibukan kami yang tak ada habisnya. Komunikasi yang putus sambung. Aku bahkan tidak pernah berpikir, akan ada waktu seperti malam ini, saat aku bisa berbagi sepiring pasta dengan bebek dan bercerita, aku sangat ingin pasta karena setiap hari aku nonton drama Korea, A Pasta in Love di salah satu TV swasta.

Aku pengen sekali waktu berhenti, aku tau setelah malam ini, mungkin akan sulit kami bisa bertemu lagi. Bebek akan berangkat ke negeri yang jauh dan memulai studinya, dan aku masih harus menunggu setahun untuk menyusulnya. Aku berusaha merekam suara tawanya, tatapannya, dan ceritanya di kepalaku. Aku melihat dia berusaha menahan waktu. Bebek makan dengan perlahan, dia bahkan pesan segelas Coklat lagi.

Sementara itu, tukang warung mulai jalan hilir mudik, aku melirik jam tangan, hampir tengah malam. Kami masih ingin bicara lebih banyak, dan aku memaksa bebek untuk pulang. Kedai langsung ditutup ketika kami keluar. He..he.. sebenarnya kami memang nunggu diusir :)

Motor bebek gak bisa diidupin, kata bebek mungkin kami harus bermalam di trotoar toko. Aku hanya tersenyum. Beberapa kali dicoba baru bisa jalan. Tiba-tiba hujan turun, bebek sepertinya tak perduli. Hingga aku tiba di rumah, aku langsung berlari masuk ke rumah.

Aku lupa mengucapkan " a proper good bye". Hmm, mungkin sebenarnya aku tidak ingin mengatakannya. Aku mendengar Bebek berkata pelan,
"Sampai ketemu lagi.."
Ya, sampai ketemu lagi, dimana, entah kapan lagi, lain kali..

Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011