Antara Sabang dan Banda Aceh

Ah, weekend lagi..
Let's go sailing my baby..

Meski tak pernah resmi, aku adalah salah satu anggota PJKA, Pulang Jumat Kembali Ahad. Perjalanan Banda Aceh-Sabang, hanya ditempuh 45 menit dengan kapal cepat. Biasanya di Kapal aku tidur, bangun tidur sudah sampai daratan.

Kalau dari Banda ke Sabang, aku selalu membawa buku, itu waktu baca yang paling berharga dalam seminggu, 40 menit atau 30 menit sebelum kapal berlayar. Buku, jurnal, atau bacaan seberat apapun bisa aku selesaikan dalam waktu menunggu itu. Mungkin karena merasa sangat sayang waktu terbuang dengan terbengong-bengong.

Kalau sampai Banda Aceh, sudah ada yang menjemput, dulu2nya waktu masih ada supir, si supir sudah menunggu. Sekarang lebih bahagia lagi, babahku yang menjemput langsung. Perjalanan pulang ke rumah biasa aku ngobrol dan meng-update perkembangan seminggu di rumah.

Kalau di Sabang, aku udah punya langganan angkutan, jadi rasanya lebih nyaman. gak perlu buka mulut, tinggal duduk manis, pasti diantar ke rumah.

Kalau dihitung-hitung, gajiku memang habisnya ke ongkos kapal. Ya, setiap kebahagiaan memerlukan pengorbanan. Itu motto temanku, yang aku pinjam buat excuse.

Setelah weekdays mutar-mutar pulau kecil, dua hari cukup buat merasakan atmosfer kota kesayangan, dan melakukan hal-hal yang berbeda meski kadang hanya tidur dan bermalas-malasan saja di rumah.

Akibatnya aku punya dua untuk semua perlengkapan pribadi yang wajib, jadi gak panik kalau lupa bawa. Akhir-akhir ini baju kerja malah dibawa pulang biar si mbak mesin cuci yang bekerja. he..he..

Ya, seperti memiliki dua dunia, air dan darat, harusnya kata bosan tak ada lagi dalam kamus hidupku, harusnya :)

Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011