And the show must go on..

Setelah cukup lama tidak melakukan meet and greet dengan penggemar-penggemar saya, maka semalam, setelah dengan komunikasi yang cukup intens saya bertemu dengan fans saya itu (menurut dia, saya yang nge-fans sama dia).

Ribet sangat, komunikasi via sms, rada-rada gak nyambung, saya sampai malas ketemuan lagi. Sudah hampir dua tahun kami tidak bersua.

Saat saya sudah tak bersemangat dia bersemangat. Satu yang saya pelajari dari kaum adam, kalau mereka sudah niat, apapun dilakukan. Termasuk menempuh perjalanan berkelok-kelok, menerobos hutan, dan berhadapan dengan monyet-monyet. Awalnya dia yang minta saya mengunjunginya di hutan belantara Sabang itu. Maaflah, saya takut sangat dengan monyet, apalagi agak-agak trauma pernah dikejar monyet. Lagipula saya harus merambah hutan itu seorang diri, tidak mau. Akhirnya dia yang mengalah, semalam dia yang turun gunung.

Habis maghrib saya siap-siap. Nenek menyuruh saya makan, saya ngotot gak mau makan. Judul pertemuan kami kan dinner together. Akhirnya dia menelpon, jam delapan kurang lima, masih di hutan sana. Tanya mau ketemuan dimana. Saya berharap dia menjemput saya seperti peraturan dinner together yang saya baca di majalah-majalah. Belum sempat saya bersuara, telpon langsung ditutup.

Saya kira dia sudah sampai kota. Saya tanya sama nenek berapa lama waktu dibutuhkan dari kampong tu menuju kota. Kata nenek paling cepat setengah jam dia sampai. Hampir jam sembilan malam dia belum menghubungi saya. Saya jadi khawatir, saya sms tanya dia dimana. Gak lama hp saya berbunyi, ternyata nomornya tapi yang berbicara orang lain dan memanggil saya dengan sebutan kakak, mengabarkan mereka sudah sampai di kota.

di tengah kebingungan saya, saya berangkat juga ke tempat makan malam kami itu, berhubung saya sudah sangat kelaparan.

Tiba di sana, saya melihat mobilnya terparkir rapi, celingak celinguk mencari meja yang diisi satu orang, paling sial dua orang. Semua meja penuh, saya telpon dia. Lalu dari satu meja yang berisi lima orang cowok dia melambaikan tangan. Saya shock, gila sangat. Dua masih ok, lima orang? Kenapa dia bawa pasukan sebanyak itu?

Ternyata satu yang dia bawa dari hutan sana, adek kelas saya yang kerja di tim dia. Tiga orang, teman-teman dia, karena dia sesekali turun gunung jadi semua dikumpulkan untuk ngobrol bareng.

Semalam memang bukan malam saya, ternyata dia sudah makan malam bersama adek kelas saya itu. Saya jadi kehilangan nafsu makan. Ketika dia tanya saya jawab saya juga sudah makan.

Akhirnya saya malah berbincang banyak dengan adek kelas saya itu. Tiga lain jadi pendengar setia. Lalu dia merasa tak jadi bagian dari pembicaraan kami, dia ngobrol dengan tiga orang lain dengan topic tandingan. Dia sedikit alergi dengan almamater saya itu, ipb.com katanya. Akhirnya saya jadi pusing, halah, ini kok rebut-rebutan ngomong.

Malam tadi, habis dia saya kick, setiap dia mulai bicara, saya mentahin. Becanda-becanda gila dan tambah teman-teman baru. Dia janji bakal menelpon saya segera. Segera yang entah kapan.

Overall, dari pengalaman semalam dapat disimpulkan sedikit tips menghadapi "situasi" yang tak jelas
1. Makan lah walau sedikit walau judul acaranya dinner together
2. Pastikan dia datang sendirian dan tidak mengajak pasukannya
3. Pastikan tempat dan jam pertemuan, menunggu membuat mood hilang
4. Kalau terlanjur semua bayangan di kepala berbanding terbalik dengan kenyataan, segera berimprovisasi
5. Enjoy, apapun yang terjadi, tetap tersenyum

ha..ha.. ini bukan yang pertama saya kecele, seringkali malah tapi kali ini memang gawat sekali situasinya. Sesampai di rumah saya berbagi cerita dengan nenek. Kami tertawa-tawa. Saya kirimkan sebuah pesan pendek untuknya yang kelihatan sangat keren malam ini.

"Hati-hati nyetirnya.."
"He..he.. makasi bu.."

Ibu-ibu, mang saya udah jadi ibu-ibu. Tunggu saja pembalasan saya..

Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011