It's about me and Sabang

Siang ini, tertidur sebentar. Setelah dapat traktiran "eating goat". Gak tau apa Gulai Kambingnya ada sesuatu apa aku mang ngantuk.

Seporsi, ditraktir, teman kantorku yang farewell-an karena berhasil pindah ke Banda Aceh. Urusan pindah pindah ini sungguh rumit, tapi tetap saja ada yang berhasil. Mekanismenya kurang jelas, walau agak jelas, jalurnya juga agak jelas, pastinya yang gak jelas, siapa dan kapan boleh pindah.

Aku udah nyerahlah, urusan pindah pindah ini untukku sepertinya agak sulit. Si bos tadi jelas-jelas ngomong kalau aku masih di keep di sini sampai kelihatan prestasinya. Keep, kata yang agak gak jelas. Lagian aku pengen sekolah dulu, urusan pindah dan lain-lain ntar aja dulu.

Aku mulai menikmati melaju dengan bang Rio, seperti siang ini, menebus hujan. Rasanya gagah sekali, menenteng helm dan jaket hujanku, masuk kantor, setelah tidur siang yang nyenyak sejenak. Kalau di Banda, aku pasti gak akan bisa, lalu lintas yang semraut, kenderaan rame, dan semua pengendara tidak sabaran. Mungkin aku tidak pernah ingin belajar naik motor.

Menikmati zona amanku di Sabang yang melenakan sekaligus membuatku tak sadar, waktu berjalan. Rutinitas menyeberang yang ternikmati pelan, seakan duniaku ada dua. Terbiasa memiliki semua serba dua, karena rumahku dua.

Ya, aku menikmati hidup di Sabang, suka atau tidak, aku tidak bisa memungkiri aku punya kehidupan yang baik di Sabang. Pekerjaan seadanya, teman seadanya, dan hari seadanya. Tidak lebih tidak kurang.

Pulau kecil ini penuh magic, waktu seakan berhenti berputar, yang pergi akan pergi, yang pulang akan pulang suatu saat, hati yang tertinggal tak pernah sama lagi.

Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011