Islam yang mana?

Blogging.. Yeah, mumpung gak ada bos, gak ada kerjaan, setelah sekian lama, seminggu kemarenlah, sibuk dan sibuk. Setelah sibuk ada santailah, kebanyakan santai :)

Hujan sudah reda, mendung lagi, dan mellow..

Ya, semua perasaan mellow ini baiknya dikardusin aja, dikirimin ke ujung benua.

Kemarin nonton di National Geographic tentang perjalanan seorang perempuan mengikuti jalur perdagangan kemenyan. Pastinya dari negeri arab sana, yang bergurun dan berakhir di arab saudi (Riyadh). Ngeliat perjalanannya yang penuh petualangan sangat-sangat seru. Ngeliat unta-unta yang lama-lama diliatin terlihat sedikit anggun, cuek, dan bersahaja dan tahan gak minum sampai sebulan. Dia diberi senjata yang gak ada pelurunya, katanya sebagai aksesoris saja. He..he..

Bagian yang paling gak enaknya, ngedengar komen-komennya tentang perempuan yang ada di arab. Bukan salah dia kalau ngeliat betapa tersiksanya perempuan arab. Dia sampai mengeluarkan air mata ketika mencoba mantel warna hitam itu beserta penutup mata dan sebuah tudung yang harus dipakai kalau si perempuan pake riasan mata. Ya, aku beruntung jadi perempuan muslim di Indonesia. Temanku juga pernah bilang, paling enak jadi perempuan muslim di Indonesia. Pilihan ada ditangan kita dan lebih bebas.

Si perempuan itu juga menanyakan tentang hukuman mati buat pembunuh, yang menurutnya sangat-sangat tidak manusiawi. Syukurnya dia bertanya pada seorang hakim, yang menjawab, semua hukuman itu pada akhirnya tergantung pada permintaan keluarga korban. Apakah memaafkan atau tidak. Menurut dia, saat ini pendidikan islam lebih condong mendorong keluarga korban untuk memaafkan.

Ya, sudut pandang kita memang hanya bisa berubah dengan komunikasi. Ya, tanpa komunikasi kita akan selalu berpikir dengan paradigma kita yang belum tentu benar. Bertanya juga harus dengan ahlinya. Kalau di Adelaide dulu aku pernah ikut interfaith dinner. Malah persatuan muslim di adelaide selalu mengundang pemeluk agama lain buat buka puasa bareng dan lebaran.

Anehnya malah kemaren pas sumpah PNS 100%, ada pemuka agama kristen datang karena ada PNS yang beragama kristen. Dari dalam barisan terdengar komen-komen yang gak enak di dengar. Hanya karena kita mayoritas, kita gak bisa melecehkan mereka, meski dengan kata-kata. Kadang kata lebih tajam dari pedang :)

Ah, andai mereka pernah merasa jadi minoritas (aku pernah), pasti mereka mengerti. Seperti cerita ndut yang diantar jemput buat salat jumat, pasti senang sekali rasanya. Kita merasa hebat karena kita banyak.

Dan sekarang aku sedang membaca biografi nabi Muhammad yang ditulis seorang Biarawati. Malunya aku, dia lebih mengenal Rasullullah. Riset-risetnya sangat detil. Tulisannya bagus sekali.

Saat teror bom buku menghantui jakarta, Islam kembali dituduh sebagai agama yang radikal. Entah ajaran Islam yang mana yang menyuruh kita saling membunuh. Entah..

Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011