Disaster Risk Reduction (Talking about my research)

Masih mendung, hari ini aku memberanikan diri merefleksikan sedikit tentang researchku. Semakin sedikit ada yang bertanya tentang researchku, atau ingin tahu tentang researchku bahkan aku sendiri mulai melupakannya. Hari ini mari kita berbicara tentang researchku, karena aku masih berniat untuk melanjutkan researchku, masih bermimpi dan masih ada sedikit semangat membicarakannya.

Disaster risk reduction, kalau di indonesiakan artinya pengurangan risiko bencana. Contoh yang saat ini bisa kita lihat yaitu tsunami di Aceh dan Tsunami di Jepang dengan perbandingan korban yang sangat signifikan, padahal kekuatan gempanya hampir sama. Mengapa ini terjadi? Pastinya karena Jepang lebih siap dalam mengurangi risiko bencana. Mereka sudah punya sistem yang jelas, prosedur atau SOP yang bahkan anak TK pun mengetahuinya.

Lebih dalam researchku ini akan mengevaluasi apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah daerah setelah hampir 7 tahun tsunami. apakah ada kebijakan-kebijakan baru. apakah ada kemajuan? apa yang dilakukan pemerintah daerah dengan aset-aset yang telah dibangun pasca tsunami?

Lebih detil lagi aku ingin melihat kebijakan apa yang dilakukan pemerintah daerah, pemerintah provinsi dan pemerintah indonesia dalam implementasi dari undang-undang manajemen bencana. Apakah tiap daerah tingkat dua sudah memiliki peraturan walikota atau peraturan bupati berkaitan dengan pengurangan risiko bencana? Apakah tiap daerah memiliki perencanaan program pembangunan yang berkaitan dengan manajemen bencana?

Research ini memang dilakukan sebelum terjadi lagi bencana. Ini merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan tapi sangat-sangat tidak populer. Pertama, dana belanja yang terbatas dan tidak adanya kemauan politik untuk melakukan usaha ini dengan sebaik-baiknya.

Banyak sekali data yang harus aku kumpulkan saat ini, aku berencana membuat pilot researchnya. Saat ini yang aku pengen lakukann adalah mapping disasternya, jadi kelihatan sebenarnya ancaman dan kerentanan apa yang dihadapi.

Metodologi penelitiannya memang masih belum jelas, mungkin ada metodologi baru, dalam rentang waktu dua tahun aku tidak bersentuhan dengan jurnal.

Jadi, maju atau mundur? rasanya pekerjaanku masih banyak menyangkut researchku, gak tau mau mulai darimana. Pastinya aku harus re-write my research proposal. Entah kapan mulainya :)

Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011