Teman Berbagi Mimpi

Namanya Bobby, teman waktu jaman kuliah, tepatnya teman di Kampus, lebih spesifiknya teman waktu masih aktif di Pers Kampus alias teman waktu masih berkeliaran di kampus memburu berita, dan juga teman yang setia mendengarkan semua kata-kata gak penting dari mulutku di sela-sela acara layout melayout yang tak berkesudahan dan penuh kebosanan.

Setelah sudah lama sekali tidak bertemu dan berbicara, kemaren dia menelponku untuk menanyakan satu pertanyaan yang paling aku benci

"Kapan bukumu selesai, Sar?" Tanyanya kalem

Tuing, tuing, buku? Buku dari Hongkong? Siapa yang mau nulis buku?

Saya, Saya yang dulu berkoar-koar dengan angkuhnya, akan menulis buku. Sejuta ide dipaparkan, dan dulu Bobby dengan sabarnya mendengarkan, mengangguk-angguk dengan khidmat dan sekali-kali merapikan rambut gondrongnya, matanya menatap saya tajam, dan saya cuek, tetap menggebu-gebu bercerita tentang proyek penulisan buku. Lalu dia sibuk lagi dengan lay-outan dan design, memindahkan pandang antara layar dan wajah saya yang setia duduk mendampinginya mengejar deadline terbitnya dwi mingguan kami. Saya sibuk nyerocos, membual dan bermimpi dengan mata terbuka. Rental komputer semakin malam semakin sepi dan saya masih tak sepi dari bahan-bahan untuk merakit mimpi.

Saya juga pernah dengan tanpa beban mengajak Bobby berkoloborasi menulis, saya tulis ceritanya, Bobby yang gambar ilustrasinya. Bobby cuma senyum senyum dan mengangguk-angguk dengan antusias.

Alhamdulillah, Bobby waktu itu terlalu sibuk sehingga tidak sempat berkoloborasi dengan saya tapi jangan salah, kemaren dengan bangganya dia mengatakan

"Aku sudah punya asisten Sar, dan kami sudah mau bertemu penerbit"

he..he.. coba kalau dia nunggu saya, pasti dia belum punya asisten atau malah berhenti menggambar juga.

Delapan tahun kemudian, Bobby menuntut balas, menagih janji, meski dia jauh, dan cuma bisa melakukan teror dengan telepon, setelah saya sibuk mengalihkan pembicaraan dan Bobi kembali dan kembali lagi dengan pertanyaan itu..

"Hmm, hmm, hmm, Bob, aku gak berhenti nulis kok, sekarang aku nulis Blog " Kataku malu-malu

"Bagus Sari, kita memang harus mulai dari yang kecil-kecil..."
"Tapi jangan lupa nulis bukunya "

Saya cuma bisa tersenyum simpul, ah Bobby, dulu saya pikir, kamu tidak mendengarkan dengan sungguh-sungguh, saya pikir kamu hanya sekedar sekedar saja..

Makasi ya Bob, I will, mimpi itu masih ada Bob.. terima kasih udah mengingatkan saya lagi akan kejayaan masa silam dan masa muda kita yang penuh mimpi..

Sungguh, saya kangen diri saya yang pernah mengatakan semua mimpi itu, Bob :)

Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011