Overhear, suatu sore

Sore sabtu itu, aku nungguin pipit, di salah satu keude kupi di Simpang Lima. Udah lima belas menit nunggu belum ada tanda-tanda kedatangannya. Ngintip ke meja sebelah, ada tiga cowok yang lumyan imut-imut, pakaiannya rapi, dan rada jenggotan semua. Noleh samping sini, dua orang cewek yang lagi sibuk ma laptopnya, berfoto-foto ria buat situs FBnya.

Gak lama datanglah seorang anak, anak yang sehat wal-afiat tidak kurang satu apapun, dan tampangnya rada bandel dan kumal, mengadahkan tangan alias minta-minta.

Si anak itu mampir ke meja sebelah, meja cowok-cowok itu..

Gak lama terdengar anak itu diinterogasi

"Siapa nama?"
"Udah sekolah?"
"Sekolah dimana ?"
"Kelas berapa?"
"Mamak masih ada?"
"Bapak masih ada?"
"Naik apa kemari?"

he..he.. pertanyaan itu dijawab asal-asal ma si anak. Capek kali dia jawab, eits.. jangan harap dikasi setelah dijawab..
Anak kelas 4 SD itu terlihat putus asa dan pengen bunuh diri..

Lalu terdengar lagi..
"Coba baca ini.."
Kata seorang cowok itu sambil menyodorkan surat kabar
si anak cuma bisa masem-masem
"Baca dulu, nanti baru dikasi uang"
si anak makin pilu mukanya, ternyata dia gak bisa membaca.

"APA, udah kelas empat gak bisa baca?"
si anak sungguh pengen bisa terbang dan memilih pergi

kali ini tangannya dipegang ma salah seorang cowok itu
"sekarang ini, kita orang Aceh harus pintar, sekarang banyak Orang aceh pandai menerbangkan pesawat, gak boleh jadi orang yang minta-minta.. apalagi gak bisa membaca.."

lalu anak itu segera lari ke meja yang lain untuk minta-minta lagi

Aku memberanikan diri menatap wajah cowok itu, sungguh apapun maksudnya ke si anak, kita memang harus lebih perduli ma anak-anak yang dari kecil sudah terbiasa minta-minta.. kadang kita cuma ngasi seribu dan habis perkara, tanpa pernah ingin tahu siapa dia..

Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011