tentang perjalanan hajiku

Hari ini tepat 10 hari aku pulang dari tanah suci. Perjalanan amazing, travelling paling berkesan, dan perasaan rindu yang mendera. Rindu Ka’bah, rindu tawaf, dan rindu dengan suasana yang meneduhkan hati. Alhamdulillah, jam tidur sudah normal, perbedaan waktu 4 jam, menyebabkan malam-malam awal kembali aku baru terjaga lewat pukul 12 malam dan rasa kantuk yang menyerang setiap pagi. Batuk hampir hilang sepenuhnya (masih ada sisa-sisa batuk titipan unta), kaki dan badan sudah terasa pulih dari lelah dan pegal.

Apa cerita di sana? Banyak sekali dan tidak bisa diceritakan satu persatu. Semua berkesan. Intinya naik haji latihan kesabaran. Kadang aku lulus, kadang aku harus menangis dalam shalat taubatku karena merasa telah melampaui batas, meninggalkan kesabaranku entah dimana.
Penginapanku yang agak jauh di mekah merupakan tantangan sendiri karena aku harus naik bis untuk ke masjidil haram. Mengejar bis bukan hal yang baru untukku, waktu sekolah dulu jadwal bis yang selalu tepat waktu membuatku harus berlari sebelum pintu bis tertutup. Kali ini, bukan hanya mengejar tapi berusaha untuk naik, berdesakan dengan jamaah lain dengan tujuan yang sama. Antri berbaris yang panjang sebelum berebut sudah menguras energi, untuk satu atau dua jam sebelum menguji kesabaran untuk naik bis.

Apapun kegiatan yang dilakukan harus antri. Makan antri, ke toilet, ke kamar mandi, masuk ke mesjid dan untuk minum segelas air zamzam. Sungguh menguras energi dan kesabaran. Kadang kejadian yang tidak diinginkan terjadi, kadang kebahagiaan datang karena dalam kesempitan ada saja manusia berhati malaikat menolong dengan senyuman tulus.

Rutinitasku sehari-hari sangat bersahaja, tidak memikirkan banyak hal, hanya ibadah. Puasa internet 40 hari, tanpa facebook, tanpa cek email, tanpa chatting. SMS dan telepon hanya dengan keluarga dan sahabat terdekat. Ternyata aku bisa bertahan tanpa internet.

Aku semakin menyadari betapa beruntungnya aku, mengutip kata-kata pembimbing ibadah hajiku,

Masih banyak yang lebih kaya, masih banyak yang lebih saleh, lebih banyak yang lebih tua, masih banyak yang lebih ingin, tapi tahun ini, aku termasuk yang sedikit yang diundang Allah berhaji.

Aku merenungkan kata-kata itu, sungguh beruntung. Semoga Allah juga memanggil adik-adikku dan sahabat-sahabatku untuk berhaji. Nikmat, dalam semua kesusahan dan kesempitan, Allah terasa dekat. Doa dikabulkan dengan cepat dan hati penuh ketenangan. Haji, pengalaman spritual paling mengesankan untukku, bertemu dengan berbagai ras manusia, dari bayi hingga tua renta, berbagai bahasa tapi kami bersujud bersama, berjalan mengelilingi ka’bah, dan menangis dalam doa-doa mohon pengampunan dosa.

Alhamdulillah, akhirnya ibadah hajiku selesai dengan segala kemudahan dalam melaksanakan rukun dan wajibnya. Undanglah aku lagi ya Allah, aku merindukan ka’bah dan ingin ziarah kembali ke makam rasulullah. Amin.

Popular posts from this blog

menulis serius

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011

Mimpi Masa Muda