Menunggu oh menunggu

Semalam hujan, selesai teraweh langsung masuk kamar, tak berminat mengikuti drama Korea di KBS yang biasanya tak pernah terlewat. Sambil baca-baca tiba-tiba ketiduran dan terbangun oleh bunyi sms. Sms dari seorang teman yang sama-sama ikut interview salah satu beasiswa yang harusnya pengumumannya akhir bulan Agustus ini. Satu sisi, aku sudah tidak terlalu berharap, mengingat ketika interview, interviewernya tidak terlalu tertarik dengan research proposalku. Pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan juga tidak bisa aku ikuti dengan baik, dalam artian aku tidak bisa menyenangkan hati Bapak-bapak itu dengan jawabanku. Wawancaranya 20 menit, lumayan singkat dan padat, menunggu gilirannya yang lumayan lama sekitar dua jam. Dua jam dihabiskan dengan ngobrol-ngobrol dengan sesama yang mau interview sambil menghilangkan nervous dan mengisi waktu.
Setiap hari aku memang ngecek email sekalian ngintip-ngintip email pemberitahuan yang tak kunjung tiba. Hari-hari the end of august berlalu begitu saja dan belum ada kabar berita, September ceria menyapa sudah. Berhembuslah kabar-kabur bahwa sesungguhnya sebagian peserta sudah memperoleh kepastian lewat email sudah dari sejak lama. Makin pupus harapanku, seperti digantung, tanpa kepastian..he..he.. seperti menunggu jawaban si doi (weeh, jadul banget) ditolak atau diterima.
Aku udah siap dengan penolakan, secara sebenarnya aku sudah mendapatkan tawaran beasiswa yang lain. Ibarat dalam dunia persilatan, sekali keluarin jurus, dua pendekar dicolek, he..he.. Ketika dipikir-pikir, pendekar pertama kalah gagah dan sakti jika dibandingkan dengan pendekar kedua sedangkan pendekar kedua belum juga memberikan reaksi atas jurus tendangan maut dan kerlingan mata yang tak seberapa seksi ini. Sementara pendekar pertama telah mengulurkan tangannya dengan malu-malu. Jadinya sebelum pendekar kedua memberikan jawaban tak ada yang perlu dipusingkan. Kalau kata seorang teman, belum saatnya memilih, untuk apa pusing memilih. He..he..
Tahun ini merupakan tahun berburu beasiswa, awalnya aku gak terpikir bakal mencemplungkan lamaran-lamaranku. Hampir dua tahun selesai sekolah, kerinduan bersekolah lagi tak tertahankan. Amnesia akan segala janji untuk menjadi spouse saja daripada jadi student. Sekolah itu memberikan banyak tantangan sekaligus memberikan banyak kebahagiaan. Nikmatnya menggendong ransel penuh buku perpustakaan yang harus dibalikkan padahal belum dibaca, nikmatnya membaca berbagai majalah di perpustakaan, menghadiri seminar-seminar menarik dan gratis pula. Status student memberikan banyak kemudahan hidup dan pemakluman yang tak terkira dari siapapun. Begitu heroiknya seorang student dalam mencari ilmu sehingga banyak sekali kemudahan yang tak disangka-sangka.
Aku paling merindukan kebebasanku sebagai seorang pelajar. Kebebasan untuk mengatur irama hidup dan kebebasan bersikap dan menyikapi. Selain dari itu, semua masalah yang datang memberikan kedewasaan dalam hidup. Semoga tahun depan aku sudah menyandang status student lagi.
Jadi, saat ini aku menunggu dan menunggu tanpa banyak asumsi. Kalau nanti ada masalah di depan ya nanti saja dipikirkan sambil dicari jalan keluarnya. Saat ini, jalani yang di depan mata dan nikmati saja. Semua ada waktunya, termasuk waktu untuk menerima email pemberitahuan.

Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011