kisah kita

untukmu akan kutuliskan puisi tentang kemarin yang semakin samar tersimpan dalam memori. sudah seberapa jauhkah kita berjalan menembus dua hujan yang berbeda? menggelapkan sisi terang kita karena terlalu takut merusak satu kenangan tentang kemurnian kanak-kanak yang menambatkan kisah kita dalam dekade yang tak seharusnya. bukan pula salah kita merembeskan semua keanehan dalam percakapan yang tak bisa kita temukan ujung pangkalnya. apalagi yang bisa membuat kita betah tertawa dan membicarakan hal yang remeh temeh tanpa harus terlalu memikirkan apa sebenarnya yang tersurat. Mungkin karena januarimu dan januariku yang terselang sehari membuatmu terlalu identik dengan cara berpikirku. membuat kita hanya dan hanya tidak pernah memiliki waktu yang bersamaan dalam mengakui kita harusnya bisa menari di bawah deru hujan dan bukan menembusnya secepat mungkin.

Popular posts from this blog

menulis serius

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011

Mimpi Masa Muda