Mentor untuk Pengembangan Diri (Perempuan sebaiknya punya beberapa)

Saya lupa, dari buku mana yang mengatakan, salah satu yang bisa membantu kita menggapai mimpi adalah seorang mentor.

Mentor, buat saya tidak lain adalah seorang guru, yang bisa membantu pengembangan diri dan memberikan saran-saran agar kita bisa menjadi lebih baik secara pribadi dan profesional. Ini adalah definisi mentor secara sederhana buat saya.

Saya tidak sengaja bertemu dengan mentor-mentor ini, mereka seakan disediakan oleh semesta untuk membantu saya menjadi lebih baik. Proses belajar dengan mentor ini berlangsung bertahun-tahun, dan hubungan saya dengan mentor sangat baik sampai saat ini.

Saya sebagai perempuan, mungkin sangat beruntung karena, sepanjang hidup saya, saya memiliki empat orang mentor laki-laki yang sangat hebat sampai saat ini. Beliau-beliau ini memainkan peran yang sangat besar dalam perjalanan hidup saya. Mentor saya sangat berjasa dalam membuka wawasan, mendorong pengambilan keputusan, menguatkan dalam menghadapi cobaan, dan bahkan hanya sebagai pendengar yang baik ketika saya lagi galau parah.

Mungkin bisa saya uraikan satu per satu apa yang telah disumbangkan kepada saya oleh mentor-mentor terbaik saya ini :

Mentor pertama saya adalah seorang profesor yang mengenalkan saya tentang penelitian dan bagaimana menulis yang baik. Saya mengenal beliau ketika saya SMP ketika ingin ikut lomba karya ilmiah remaja di Jakarta. Saya berhasil menjadi juara kedua tingkat nasional berkat bimbingan beliau ketika kelas dua SMU. setelah itu sampai sekarang beliau masih berbaik hati membaca draft disertasi saya. Beliau memberikan banyak sekali pencerahan dan menumbuhkan minat saya dalam research. Saya masih ingat, beliau selalu memilihkan dan meminjamkan banyak buku yang harus saya baca setiap berkonsultasi dengan beliau ketika SMU.  Saya selalu bisa bertanya dan berdiskusi. Beliau juga memberikan banyak inspirasi untuk menjadi perempuan yang berpikir maju dan kritis.

Mentor kedua saya, seorang senior saya di organisasi pers kampus. Saya dari awal masuk sudah dikader untuk suatu saat memegang organisasi tersebut. Beliau adalah salah satu pendiri lembaga pers tersebut. Dalam mentoring, beliau memberikan banyak ilmu jurnalistik dan kepenulisan. Ketika saya bercita-cita ingin jadi penulis novel, beliau mengenalkan saya dengan seorang perempuan yang mampu menyelesaikan menulis novel dalam sebulan dan memberikan kesempatan saya ikut dengan perempuan tersebut mengurus penerbitan novelnya ke yogjakarta. Beliau juga memilihkan buku-buku dan film yang harus saya baca dan kemudian mendiskusikan isinya. Hal yang paling berkesan, mentor saya ini sangat sabar mendengar keluh kesah saya, memberikan pilihan-pilihan logis, karena saya sangat emosional. Tidak ada yang tidak mungkin bisa saya raih. Itu selalu ditekankan oleh beliau. Kepercayaan diri saya dibangun pelan-pelan dalam proses mengenal dunia dan menjadi seorang perempuan dewasa.

Mentor ketiga saya, seorang praktisi yang memberikan banyak wawasan tentang bekerja di masyarakat, mengorganisasikan masyarakat. Beliau selalu berpihak pada masyarakat, tidak pernah menyalahkan masyarakat. Melalui beliau, saya belajar tentang berbuat, bukan cuma berteori. Beliau berbagi banyak pengalaman bekerja yang didapatnya langsung dari lapangan. Teman diskusi yang menyenangkan dan selalu bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya tentang apapun. Beliau mengajarkan saya untuk berbicara dengan data, logika, dan rasionalitas bukan dengan emosi dan dorongan hati. Beliau juga mengajarkan saya untuk jadi perempuan pemberani, yang tidak cemen dan tidak takut menghadapi siapapun. Beliau mengajarkan cara bernegosiasi dan menyelesaikan konflik. Menguatkan saya agar tidak cengeng dan suka mengeluh. Saya belajar banyak dari beliau yang tak pernah pelit berbagi.

Mentor keempat saya, abang kelas saya ketika kuliah. Saya tidak sengaja bertemu beliau ketika saya meragukan kemampuan saya untuk bisa menjadi PhD student. Beliau menguatkan saya. Sesi konsultasi dengan beliau selalu berlinangan airmata karena sangat emosional dan saya menceritakan semua rasa insecure saya. Beliau membuat saya banyak berjanji untuk kebaikan diri saya, termasuk apapun yang terjadi akan menyelasaikan PhD ini dengan baik. Beliau percaya dengan kapasitas saya dan saya akan jadi satu-satunya perempuan di Aceh yang mengerti dengan bidang research yang sedang saya jalani ini, padahal saya sendiri tidak pernah seyakin itu dengan diri saya.

Selain mentor-mentor tersebut, ayah dan adik laki-laki saya, juga merupakan laki-laki yang berdiri di belakang saya, memberikan banyak dukungan dan masukan yang tak ada habisnya.

Mereka semua adalah laki-laki yang tidak takut dengan perempuan menjadi hebat. Kalau boleh saya katakan, mereka adalah lelaki feminis sejati, yang tidak insecure dan selalu menempatkan perempuan sebagai mitra. Sungguh beruntung saya mengenal dan dapat belajar banyak dari mereka.

Saya berdoa, semoga perempuan-perempuan lain juga menemukan mentor-mentor yang membantu mereka tumbuh dan menjadi perempuan hebat.

Popular posts from this blog

menulis serius

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011

Mimpi Masa Muda