Langit Adelaide pada 1 Syawal

Menulis blog yang aku rencanakan hanya pekerjaan sampingan, mulai memaksaku menjadikannya suatu rutinitas. Mungkinlah mungkin ini yang namanya kebiasaan, alah bisa karena biasa. Tiap pagi, sambil mandi memikirkan mau menulis apa hari ini. Malam mau tidur menceri-cari ide untuk menulis. He..he.. segitunya.. tak apa-apalah, lama-lama juga bosan. Blognya ditinggalin sunyi sepi. Hari ini aku mau cross posting tulisan pesanan temanku tentang lebaran di Adelaide. Sayangnya, aku gak bisa upload foto berhubung koneksi yang jelek tak sanggup mengupload foto. Ini tulisannya..

Langit Adelaide pada 1 Syawal

Seperti lirik lagu dangdut terkenal, “dua kali lebaran tak pulang-pulang”, saya rasakan juga tahun 2007 dan 2008 lalu. Tak terasa sudah dua tahun berlalu, tapi kenangan berlebaran atau berhari raya jauh dari kampung halaman masih lekat dalam ingatan. Seumur hidup, sejauh-jauhnya merantau, pasti jika hari raya Idul Fitri tiba mudik tak pernah terlewatkan. Namun, kesibukan sebagai mahasiswa yang sedang menyelesaikan studi di sebuah kota di Australia Selatan, memberikan pengalaman berbeda berhari raya. Adelaide, memiliki tiga Universitas yang banyak menjadi tujuan belajar mahasiswa Indonesia. Saat itu kira-kira ada dua ratus pelajar mahasiswa Indonesia yang bermukim di Adelaide. Suasana lebaran ternikmati dengan khidmat, buka bersama diadakan seminggu sekali di Universitas. Salat terawih berjamaah diadakan di Prayer Room (Mushala) kampus yang nyaman disertai tausiyah yang menentramkan jiwa. Belum lagi undangan berbuka bersama dari teman-teman permanen resident yang dapat mengobati rasa kangen akan suasana ramadhan di Indonesia. Takjil atau bukaan biasanya dibawa masing-masing oleh mahasiswa menurut daerah asal, beraneka rasa, beraneka ragam, seakan sedang menikmati sajian wisata kuliner nusantara. Rata-rata mahasiswa yang bersekolah dan telah berkeluarga membawa serta anggota keluarganya, acara buka bersama semakin meriah dan ramai. Pada tahun-tahun itu waktu sahur dan berbuka di Adelaide hampir sama dengan waktu di Indonesia, sahur jam 6 pagi dan berbuka jam 6 sore. Cuaca juga sangat mendukung karena Adelaide telah memasuki musim gugur, matahari terik tapi angin dingin dari kutub masih terasa.
Kesibukan perkuliahan seakan membuat waktu cepat sekali berlalu, tanpa terasa penghujung ramadhan telah tiba. Tahun 2007, malam lebaran saya habiskan di rumah sendirian karena teman serumah saya berlebaran dengan suaminya di Paris. Pagi lebaran saya dijemput teman saya untuk shalat Idul Fitri di sebuah mesjid besar agak di pinggiran kota. Perjalanan menempuh waktu sekitar 30 menit. Mobil mahasiswa Indonesia berjalan beriringan menuju mesjid, beberapa mahasiswa sempat salah jalan karena tak terbiasa menuju mesjid besar ini. Saat tiba, mesjid telah ramai oleh umat islam seluruh Adelaide. Mayoritas berasal dari timur tengah dan afrika. Semua berbaur dan mengucap takbir. Khutbah lebaran disampaikan dalam bahasa Arab. Selesai shalat disediakan hidangan lebaran seadanya dengan menu timur tengah di meja-meja panjang di depan mesjid. Setelah selesai shalat kami berbondong-bondong menuju Botanical Garden (kebun raya) di pusat kota Adelaide. Acara lebaran komunitas masyarakat Indonesia diadakan di Kebun ini. Beragam hidangan lebaran tersaji dan melimpah. Saling bertegur sapa dan bermaaf-maafan dan yang tak mungkin ketinggalan acara berfoto bersama.
Saat riuh rendah itu, saya mencari tempat yang agak sepi untuk menelpon keluarga di Aceh. Perbedaan waktu empat jam dengan Banda Aceh, keluarga saya sedang bersiap-siap berangkat menuju mesjid ketika menerima telepon. Mendengar suara orang tua saya, air mata saya menetes, tanpa saya sadari seorang sahabat menemukan saya yang sedang menghapus air mata. Sahabat saya kemudian memeluk saya hangat dan mengajak saya bergabung dengan yang lain. Selesai acara di Botanical Garden, saya bersama sahabat mengunjungi kediaman teman-teman mahasiswa yang lain. Kami berkunjung ke rumah sahabat yang tak jauh dari pantai, usai menyantap tekwan di kediaman sahabat yang berasal dari Palembang. Kami juga diundang acara open house lebaran di rumah Mbak Rini, yang sudah bertahun-tahun menetap di Adelaide untuk menikmati Bakso khas Klaten. Malamnya saya berkunjung ke rumah teman saya yang juga dari Aceh untuk mengobati kerinduan saya akan timphan, timphan labu serikaya berbungkus plastik tak kalah nikmat dengan timphan sesungguhnya.
Tahun 2008, salat Idul Fitri diadakan di halaman Universitas saya, Flinders University. Kebijakan Universitas menyelenggarakan shalat Id di lingkungan universitas sungguh menyejukkan hati. Kami tidak perlu berkendara jauh, cukup berkumpul bersama di halaman universitas yang tiap hari kami lalui. Shaf-shaf salat Id berbaris rapi dan panjang. Sayang sekali lebaran kali ini saya tidak bisa shalat jadi saya membantu menyiapkan hidangan lebaran yang kali ini banyak sekali ragamnya. Hikmahnya, saya berkesempatan mengabadikan teman-teman yang sedang shalat Id.
Usai shalat Id acara silaturrahmi dilanjutkan dengan bersantap bersama. Kali ini mahasiswa asing yang beragama islam ataupun non muslim diundang untuk merayakan hari bahagia itu bersama. Selesai berkumpul di Universitas kami mengundang teman-teman untuk mampir ke rumah. Lebaran kali ini saya dan keempat teman mengadakan acara open house di unit kami yang lumayan luas. Dua orang teman saya yang asli Padang menyiapkan rendang dan dendeng balado. Teman saya yang asli malang menyiapkan gudeg yogja. Tak lupa lontong dan teman-teman yang menggugah selera. Teman serumah saya, Dian, pintar sekali memasak. Jauh-jauh hari sudah menyiapkan kue kering untuk melengkapi suasana lebaran. Terbayar sudah lelah letih bergadang menyiapkan hidangan lebaran hingga jam 3 dini hari ketika teman-teman datang berkunjung.
Pengalaman dua tahun berlebaran di Adelaide, meski hanya dikelilingi sahabat-sahabat terdekat begitu berkesan dan tak terlupakan.

Popular posts from this blog

menulis serius

Mimpi Masa Muda

Cut Abang dan Cut Adek Sabang 2011