Posts

Showing posts with the label Belajar

cerita kemarin di Bochum

Kemarin saya ke Bochum, dengan misi untuk membeli meja dan kursi di IKEA. Saya ditemani rahmi ke IKEA Dortmund yang hanya sepuluh menit naik kereta tapi jarak Bonn-Bochum, harus ditempuh 2 jam lebih naik kereta. Perjalanan kemarin adalah perjalanan melarikan diri dari Bonn sekaligus menuntaskan misi saya membaca buku yang saya pinjam dari perpustakaan yang harus segera dibalikin. Sampai Bochum, Ruhr Universitaet Bochum, kami makan siang di kantin kampusnya yang keren sekali. Saya juga janjian ketemuan dengan adik kelas saya yang anak Aceh juga dan dua orang anak Indonesia temannya teman saya yang jadi teman baru saya. Selesai makan, saya temani rahmi salat di musala kampus. Saya tidak pernah berpikir, di Jerman ini ada kampus yang menyediakan fasilitas lengkap untuk salat (mengingatkan saya pada musala kampus saya di Flinders) dan hebatnya lagi, ada salat berjamaah rutinnya. Saya melihat di tempat salat laki-laki, banyak yang membaca quran menunggu salat (mengi...

cerita tentang kartu pos

Image
Kartu pos ini saya temukan di rak kartu pos, di sebuah toko suvenir di Ghiethoorn. Gambarnya lucu dan ketika saya perhatikan baik-baik, saya cuma bisa tersenyum miris.         sungguh dua kartu yang bisa berbicara banyak dan membuat saya merenung-renung..

kabar duka dari jauh

Sore kemarin, jendela fb saya terbuka seperti biasa dan saya sedang berkelana di youtube. Sebuah pesan masuk dari seorang sahabat dan saya membaca pesan itu berulang kali sebelum akhirnya dapat mencernanya.  Saya segera menelponnya dan tidak dapat menahan diri untuk larut dalam sedihnya. Topik ini, adalah topik yang paling saya hindari untuk membicarakan atau membahasnya. Hanya saja, dua malam sebelumnya, ketika saya menelpon sahabat saya itu,   kami membicarakannya cukup detil. “ ini sesuatu yang harus kita bisa terima kak, sebagai perantau ..” Ketegaran dan kekuatan sahabat saya, sungguh membuat saya tertegun dan memikirkannya lagi dengan lebih serius. Lalu saya kembali membahasnya dengan si ndut, kali ini kami memutuskan untuk berganti topik karena terlalu berat untuk kami. Pada satu kesempatan, dalam percakapan acak kami yang panjang, Ceceu menceritakan tentang pengalamannya ketika musibah itu terjadi padanya. Dia membutuhkan waktu satu hari sebelum bisa...

bertemu lagi dengan PCA

Saya berusaha menahan kantuk di tengah acara kolokium sore ini. Materinya tentang PCA atau Principal Component Analysis, salah satu statistik  analisis tool untuk melihat komponen2 yang penting dalam penelitian kita. Sebenarnya waktu skripsi dulu saya sudah menggunakannya untuk melihat indikator fisika dan kimia, terutama untuk melihat kualitas air di Mangrove area. Waktu itu, PCA tiba-tiba harus ditambahkan untuk menganalisis data karena ternyata regresi belum cukup untuk bisa menjelaskan hubungan dari data-data yang telah dikumpulkan. Saya tidak begitu ingat, dengan siapa kami belajar PCA. sepertinya dengan kakak kelasnya iwan yang lebih dahulu menggunakannya untuk analisa datanya. Rasanya amazing juga, tiba-tiba kami sudah bisa menggunakan PCA tanpa begitu mengerti pesan apa yang ingin disampaikan oleh PCA ini. Ya untuk level S1 mungkin pembimbing sudah sangat maklum dengan kemampuan analisa kami yang pas-pasan. hehehe Bertahun kemudian, di sini, s...

tentang sharing dan belajar bersama

Forum PhD sharing adalah acara diskusi saya dan teman-teman PhD dari Aceh yang sedang belajar di Jerman. Forum ini diadakan via skype, dan merupakan salah satu program kerja divisi keilmuan ikatan mahasiswa aceh di jerman. Rencananya forum ini diadakan sebulan sekali, tapi karena mau ramadhan, setiap minggu kami ngumpul. Semalam adalah yang kedua kalinya. Teman saya Heru, mempresentasikan tentang perbandingan antara rumah sakit di Jerman dan di Indonesia, dalam perspektif akutansi. Peserta sharing ini tidak banyak, ada sepuluh mahasiswa aceh yang sedang phd di penjuru jerman. Mereka berlatar belakang social, natural science, dan medical science. Karena topiknya tentang sosial, beberapa teman yang backgroundnya ilmu pasti, agak roaming dengan gaya berpikir sosial yang melompat-lompat. termasuk saya sebenarnya, masih agak sulit mengerti tentang teori dan argumen. maka kami mengadakan diskusi kecil-kecilan, diskusi dalam diskusi, tentang masalah roaming ini. hehehe Disku...

introvert vs ekstrovert

Image
Menurut saya,  saya ini sepertinya campuran ekstrovert introvert, alias gak jelas. kadang saya enjoy berada di antara orang banyak, kadang saya lebih suka sendirian saja. kalau shopping, saya lebih suka sendirian. lebih bebas ke sana ke mari. tapi kalau ada yang rela menemani sambil bawa belanjaan, seperti si ndut, saya rela ditemani belanja. apalagi kalau dibayarin, hahaha, dengan senang hati. kalau curhat-curhat, tergantung sikon dan orangnya. kalau klop, pertemuan pertama, sudah bisa membicarakan ini itu dengan dalamnya. kalau gak kling, sudah lebih enam bulan seperti ini, saya masih belum mengenal teman-teman seruangan saya dengan baik. kalau makan, tergantung juga, saya lebih suka makan siang sendiri, duduk dan menikmati makan siang saya, namun kadang-kadang saya harus makan siang bareng, senyum-senyum gak jelas, mengangguk-angguk, karena pembicaraan dan peserta makan siang tidak terlalu akrab. lalu pembahasan intovert ekstrovert ini, sebenarnya karena saya ...

Awal perjalanan

Memulai tidak pernah mudah. Meski saya sudah membayangkan semua yang akan saya hadapi, tapi tetap saja, ketika menjalaninya, saya merasa goyah. Beberapa hal sepele, negosiasi, janji, ketidakjelasan, bingung, marah, sedih dan semua emosi negatif sedikit banyak mulai menggoda. Namun, saya sangat bersyukur karena saya masih punya sahabat-sahabat yang dengan baik hati, membalas email saya, menjawab pertanyaan-pertanyaan saya, dan yang paling baik hati, mengirimkan proposal researchnya pada kali pertama saya meminta tanpa susah payah. Terima kasih tak terhingga untuk kemurahan hati berbagi hasil karya yang dibuat dengan susah payah. Semoga nanti ada kesempatan saya traktir secangkir dua cangkir kopi. Perjalanan ini sungguh menantang.. dan semoga jalan ini tak terlalu sepi..

new beginning, tertatih ..

Malam itu saya mengirimkan email singkat kepada supervisor saya. Sudah dua hari workshop dan jadwal supervisor saya sangat padat. Sementara saya hanya punya dua hari sebelum balik ke Jakarta untuk ujian akhir bahasa. Saya harus berdiskusi tentang rencana studi saya sebelum pulang. Akhirnya kami meeting di dalam bus karena waktu yang tak banyak. Berbicara tentang rencana studi, apa yang harus saya lakukan sebelum berangkat, beberapa masalah administrasi dan data-data yang mungkin bisa saya bawa. Sesekali saya mencatat, supervisor saya berbicara sangat cepat dan runtut. Saya mencatat poin-poin penting dan beberapa arahan darinya. Tiba-tiba supervisor saya meminta catatan saya untuk mencatat beberapa referensi yang penting. Waaa, dalam catatan saya ada tulisan supervisor saya. Senangnya. Maka dalam waktu yang singkat di Banda Aceh ini saya mencoba mengumpulkan beberapa data. Berbicara dengan orang-orang yang sangat baik hati, yang mau berbagi dan memberi tahu saya hal-hal ya...

stay foolish :)

Selama mengikuti kursus ini, saya kehilangan jati diri. Saya yang sekarang ini, bukanlah siapa-siapa. Rasanya seperti kembali menjadi anak SMP. Labil, malas, bandel, dan bodoh. Hanya satu yang tetap sama, semangat belajar saya tak pernah padam. Guru saya itu, selalu membuat saya merasa serba kekurangan lalu membuat saya merasa malu  karena saya belum bisa. Semua ego saya, semua kualifikasi saya, hilang berkeping-keping. I am nothing di dalam ruang kelas itu. Tidak ada yang bisa dibanggakan dari seorang saya di kelas itu. Kesabarannya hilang mendengar saya terbata-bata menjawab soal PR. Keningnya berkerut membaca karangan saya yang amburadul. Telinganya menjerit mendengar pelafalan saya yang salah melulu. Hahaha.. Namun, saya bersyukur, hampir sembilan bulan ini saya menjadi pembelajar lagi. Belajar bersungguh-sungguh, mendapatkan pengalaman belajar yang sungguh super. Belajar satu bahasa lagi saat tak muda lagi, membuktikan tak ada kata terlambat untuk mempelajari sesuatu...

satu kota lagi

Sudah malam ketika saya berbincang dengan ‘senior’ saya yang duluan menuntut ilmu di kota itu. Ragu sedikit ketika membuka percakapan. Awalnya saya tertanya  tentang barang bawaan lalu merembet tentang tempat tinggal. Berbagi beberapa kekhawatiran tentang satu perjalanan lagi. Saya takut merasa sendiri.  Kota yang asing tanpa teman, benar-benar sendiri. Tak terbayangkan. Selama sejarah perantauan saya, teman saya selalu banyak, khususnya teman Indonesia, lebih khususnya teman Aceh. Teman Aceh ini sungguh bisa mengobati galau-galaunya homesick. Hanya melihat atau duduk bersama teman-teman dari Aceh sudah sangat membantu. Mendengar aksen dan bahasa yang karib itu, atau sekedar gaya bercanda yang terbiasa, terbukti membuat saya lebih baik. Bonusnya sekali-kali bisa mencecap masakan khas, bumbu yang membuat terkenang tentang sebuah rumah dan keluarga. Maka, nasehat untuk ‘gaul’ dan membaur, selalu saya tepikan. Saya ya tetap saya, tanpa bauran dan celupan. Saya h...

calon dan tanggal

Kalau ada yang tanya, saya sudah punya calon atau belum? Ya, saya sudah punya. Kalau ada yang tanya, kapan? Apakah tanggalnya sudah ada? Ya, sudah ada, Insya Allah tidak lama lagi. Tanggalnya juga sudah ada ancar-ancarnya. Hanya saja calon dan tanggal ini berkaitan dengan kelanjutan studi saya. Anehnya, tidak ada yang benar-benar tertarik dengan calon dan tanggal yang sudah saya miliki. Lebih banyak yang tertarik tentang calon dan tanggal yang saya masih belum punya. Hahaha.. Seminggu lalu dapat email dari calon supervisor saya. Siang itu saya sudah mengantuk sangat, waktu membaca emailnya, rasa kantuk langsung hilang. Ada hal yang sangat penting yang harus segera dikonfirmasi kembali berkaitan tentang proses promosi saya. Hari-hari menunggu ini sungguh membuat saya deg-deg-an. Banyak hal yang mungkin terjadi dan masalah suka datang tiba-tiba. Sepertinya tak beda-beda jauhlah, sama-sama bersiap-siap... Semoga semua berjalan dengan lancar dan dimudahkan. Perjalanan men...

Tentang Sahabatku Uci

Seperti apa rasanya menyelesaikan Phd di usia masih sangat muda? Lulusan dari Universitas ternama dengan beasiswa dari Universitas dan beberapa penghargaan bukan pula di negeri sendiri, tapi di negeri yang sangat menghargai kekinclongan pemikiran dan canggihnya teknologi. Sahabat saya itu, sahabat saya yang rendah hatinya, yang biasa-biasa saja, yang sama-sama suka tertawa-tawa dengan volume penuh, dialah yang seperti itu. Sahabat yang suka saya culik dari depan monitor besarnya, dari officenya yang megah, hanya sekedar menikmati teh, naik bis ke tempat-tempat yang indah, dan memfotokan saya ketika saya galau. Alhamdulillah, perjuangannya berakhir dengan sangat memuaskan. Dari dialah, inspirasi itu saya dapatkan. Dialah yang membuka pikiran saya, meyakinkan saya, menguatkan niat saya untuk mengikuti jejaknya terus bersekolah. Dialah yang membisikkan kepada saya, jalan ini akan sangat sunyi dan saya akan sendirian berjalan. Dia juga yang menunjukkan pada saya, pada akhirny...

Kemasan

Perjalanan dua hari mengunjungi tempat-tempat wisata di Bandung Selatan dan Bandung Utara sangat berkesan. Indonesia sungguh indah wisata alamnya. Bukan hanya alam yang ditawarkan tetapi perjalanan menuju lokasi wisata itu juga sangat menyenangkan. Hamparan sawah, gunung, rumah,  dan aktivitas penduduk membuat perjalanan itu menjadi semakin menarik. Apalagi masyarakat di sekitar lokasi wisata sangat ramah dan bersahabat dengan pendatang, bertambahlah nilai plus plus yang saya berikan untuk perjalanan saya berwisata di Jawa Barat. Menurut saya, pengelolaan tempat wisata masih dapat ditingkatkan. Paling miris, melihat sampah yang bertebaran di lokasi yang mengurangi keindahan alam yang sangat-sangat bersahaja. Bagaimanapun kesadaran masyarakat untuk memelihara kebersihan masih sangat kurang. Pengelola mungkin kewalahan untuk mengatasi masalah sampah ini. Rasanya berwisata tanpa membuang bekas tempat makanan dan minuman atau sekedar kantong plastik sembarangan masih belum lengka...

terlalui

Sore ini, saya harap-harap cemas menunggu hasil ujian dikirimkan melalui email. Perasaan yang tak terlalu yakin akankah kali ini saya lolos. Mengingat jawaban ujian yang acak kadut dan kemampuan berbicara yang seadanya. Berhari-hari meyakinkan diri, kalau tak lulus tak apa-apalah. Memang belum mampu, memang segitu kemampuannya, ya wajar kalau tidak lulus. Berbicara dengan diri sendiri, membujuk merayu, menyiapkan mental. Tetap saja, saya kepingin lulus. Teringat kembali sesi-sesi persiapan ujian. Betapa saya tak ingin menyerah dalam semua pikiran-pikiran yang tak penting datang di saat tak tepat. Ya, semua terlalui, Alhamdulillah. 

sahabat-sahabat jiwa

Dari awal, meski hijau, dia mengaku menyukai abu-abu. Die Graue Frau, ya mungkin banyak sekali perempuan abu-abu di dunia ini. Saya termasuk salah satunya. Perempuan yang tak terlalu putih tapi tidak hitam. Mungkin itu yang membuat saya dekat dan merasa nyambung. Saya menyadari sebenarnya ‘anak’ ini jauh lebih dewasa daripada kakaknya ini. Cita-citanya, ketabahannya menjalani hidup, dan kisah cintanya yang indah membuat ceritanya sangat menarik. Perjuangan hidup mengharuskan kita memilih, untuk kalah atau maju jalan. Teman sebangku saya ini yang bermurah hati meminjamkan PR nya buat saya salin atau menjawab pertanyaan-pertanyaan saya yang berulang-ulang dengan sabar, mengajarkan saya untuk lebih bersyukur dengan semua yang saya miliki.  Ibu guru muda ini datang ke Jakarta dengan beasiswa. Banyak muridnya yang ditinggalkannya dan dia menunda melanjutkan ke level yang lebih tinggi demi kembali mengajar. Saya menghabiskan masa-masa persiapan ujian saya dengannya di perpus, berla...

waktu akan menyembuhkan semua luka

Akhir-akhir ini saya dipaksa untuk mendengarkan lagu dengan lirik dalam bahasa yang sedang saya pelajari. Menurut saya, beberapa memiliki musik yang aneh dan jujur, sisanya tidak pas dengan selera musik saya. Sudah liriknya njelimet tambah pusing dengar musiknya yang tak terbayangkan. Hanya saja, lagu yang judulnya, waktu akan menyembuhkan semua luka itu, berbeda. Saya suka dengar suara penyanyinya dengan kemampuan mengucapkan kata r terbatas. Huruf r berkarat itu terdengar sangat seksih. Terlebih liriknya yang saya setuju banget-banget. Ya, waktu (die Zeit) menyembuhkan (heilt) alle (semua) Wundern (luka). Aha, das stimmt. Ya, mungkin luka ini cuma waktu yang bisa menyembuhkannya. Entah luka apa aja, namun setelah si vokalis teriak-teriak : vorbei vorbei vorbei (terlewati..lewat..lewat..)... ya pasti terlewati. Ya, kita semua pahlawan (wir sind Helden) buat diri kita, namun kita masih membutuhkan waktu untuk membantu kita menyembuhkan luka. Ah, tak bosan-bosan mendengar lagu...

perjalanan sepi menggapai mimpi

Detik-detik terakhir ketika saya berpikir, bisa menarik nafas sedikit, datanglah pertanyaan itu. Apakah universitas yang meluluskan saya akan diakui oleh Universitas yang saya akan masuki. Mau tidak mau saya mencari tau. Bertanya dan mengumpulkan informasi. Ternyata proses pencarian supervisor bukanlah sesuatu yang paling menghebohkan ke depannya akan ada banyak kejutan-kejutan lain. Satu yang saya pahami dalam perjalanan sepi ini menggapai mimpi, adalah jangan pernah panik. Jalan terbentang hanya saja, apakah kita mau mengambil risiko, bertanya dan mencari. Lalu ketika semua itu terlalu berat, akan banyak pertolongan, jika kita mau meminta. Beberapa orang akan senang hati menolong dalam kecepatan yang tak disangka-disangka. Sangat cepat, bahkan orang-orang yang belum pernah bertemu dan berkenalan. Tanpa pamrih menolong dan membukakan pintu yang sebelumnya terkunci rapat. Pertolongan-pertolongan yang ikhlas seperti itu sebenarnya adalah jalan Allah yang diteruskan, ketika...

mengingatMu penuh seluruh..

Riuh kelas, tugas berpasangan membuat dialog, terpana sejenak melihat tulisan Bismillah di atas kertas yang putih bersih, catatan kursus seorang teman.. “Kenapa ?” tanya saya, “Iya mbak, kalau gak ditulis suka lupa baca Bismillah kalau mau mulai belajar”. Mengangguk-angguk pelan, benar juga, menuliskannya, sambil mengucapkannya dalam hati. Makan siang yang terlambat, Foodcourt riuh, sepotong kebab dan roti pita, di depan saya, gadis manis diam mengangkat tangannya, syahdu membaca doa makan sebelum mulai mengunyah, “Kenapa kak...” tanyanya melihat saya yang menatapnya sungguh-sungguh. Semangkuk Bakso di atas meja sudah tuntas dari tadi tanpa doa. Perpustakaan, beberapa buku terbentang  berhimpitan di atas meja, guru saya sibuk mencarikan contoh soal untuk ujian menulis, “Paling penting itu berdoa, jangan lupa berdoa. Minta agar dimudahkan setelah bersungguh-sungguh berusaha...” Sudahkah saya meminta agar semua ini dimudahkan? Ya Allah, sungguh...

menulis surat itu ternyata ..

Sejak SD sampai SMU saya memiliki banyak sahabat pena. Bahkan hingga kuliah masih menulis surat untuk sahabat-sahabat terbaik saya dengan tulisan tangan, berlembar-lembar, seperti cerita bersambung. Amplop surat selalu tebal dan saya selalu menjadi langganan pos keliling yang mangkal di kampus. Ketika surat digeser dengan email, saya masih menulis dengan hebohnya. Untuk sahabat dan orang-orang spesial dengan jumlah kata beribu-ribu. Lalu sekarang, dalam Testbeschereibung ituuuh, atau writing test dalam bahasa Jerman yang hanya minta 40 kata menulis sebuah surat atau email, saya terduduk lesu. Kertas jawaban penuh coretan dan tip-ex karena dalam ujian tidak boleh menggunakan pensil, sedangkan saya tak pernah berhasil menulis satu kalimat tanpa kesalahan. Satu kalimat saja membutuhkan pemikiran yang panjang. Galau dalam memahami maksud dan tujuan surat, yang tertulis dalam soal ujian. Ah, sungguh sesuatu. Banyak yang harus dipikirkan dalam menulis surat ternyata. Pertam...

balada pejalan kaki

Salah satu mata kuliah favorit saya waktu kuliah master adalah Urban Environmental Management. Saya terkagum-kagum dengan proyek-proyek pengelolaan lingkungan perkotaan yang sangat inspiratif. Contoh-contoh yang diberikan profesor saya diambil dari kisah-kisah sukses pengelolaan wilayah kota yang ada di seluruh dunia. Beberapa memang dilakukan di Adelaide dan kami kunjungi dalam kunjungan lapangan yang mobilnya disupiri sendiri oleh si Bapak. Sebenarnya saya teringat kembali ke mata kuliah itu karena salah satu pokok bahasan tentang public transportation untuk daerah perkotaan, termasuk penyediaan ruang bagi pejalan kaki. Tadi pagi saya melihat sebuah video tentang seorang ibu yang memarahi pengendara motor yang mengambil hak pejalan kaki yang berkendara di atas trotoar. Trotoar yang lebarnya tak seberapa itu penuh dengan berbagai macam barang yang mengganggu sekali. Mulai dari dagangan, warga yang duduk mejeng-mejeng, pot bunga segede gaban dengan pohon penuh duri, kontur tr...