Tentang Sahabatku Uci
Seperti apa rasanya menyelesaikan Phd di usia masih sangat
muda? Lulusan dari Universitas ternama dengan beasiswa dari Universitas dan
beberapa penghargaan bukan pula di negeri sendiri, tapi di negeri yang sangat
menghargai kekinclongan pemikiran dan canggihnya teknologi.
Sahabat saya itu, sahabat saya yang rendah hatinya, yang
biasa-biasa saja, yang sama-sama suka tertawa-tawa dengan volume penuh, dialah
yang seperti itu. Sahabat yang suka saya culik dari depan monitor besarnya,
dari officenya yang megah, hanya sekedar menikmati teh, naik bis ke
tempat-tempat yang indah, dan memfotokan saya ketika saya galau.
Alhamdulillah, perjuangannya berakhir dengan sangat
memuaskan.
Dari dialah, inspirasi itu saya dapatkan. Dialah yang
membuka pikiran saya, meyakinkan saya, menguatkan niat saya untuk mengikuti
jejaknya terus bersekolah. Dialah yang membisikkan kepada saya, jalan ini akan
sangat sunyi dan saya akan sendirian berjalan. Dia juga yang menunjukkan pada
saya, pada akhirnya jika kita bersungguh-sungguh akan ada akhir yang manis.
Seseorang yang berani dan tegar, menghadapi semua tantangan.
Tak ada yang disembunyikannya, saya jadi salah tingkah. Kuatkah saya akan
sepertinya, bijakkah saya sepertinya, atau mampukah saya menghadapi semua yang
pernah dihadapinya.
Terima kasih, sudah menunjukkan pada saya perjalanan dari
awal hingga akhir, semua pahit manis, dan memberikan semua nasehat dalam
langkah-langkah kecil saya mengikuti jejaknya. Uluran tangan ketika saya terpuruk,
bahkan sebelum memulai. Siraman semangat dan dukungan untuk menggapai mimpi
yang masih tergantung tinggi di angkasa.
Uci Susilawati, I am Proud of you. Selamat sekali lagi, aku
sungguh berbahagia satu cita-cita besarmu telah tergapai...