Posts

Showing posts with the label Mellow

makan siang kami

setelah saya membatalkan secara sepihak hari senin, selasa kemarin kami janjian makan siang lagi. saya sudah menunggunya lima menit di depan kantin, dan si dia belum muncul-muncul juga. Saya lalu balik ke ruangan buat ngambil hape dan menghubungi dia "kamu dimana?" lima menit kemudian dia sudah muncul, dan saya sudah mengantri makanan. lalu saya menemukan meja kosong di sudut kantin yang dari sudut itu pemandangannya gak terlalu keren. si Dia celingakcelinguk mencari saya setelah membayar makanannya, saya melambaikan tangan dan akhirnya dia duduk di samping saya. Saya dapat oleh-oleh gantungan kunci dan permen dari Mexico. Lalu sebelum makan dia memperlihatkan foto-fotonya selama di sana dari hapenya sambil menjelaskan tentang foto-foto itu. Saya lalu meminta satu foto dan langsung dikirimkan ke hape saya. Sebenarnya pengen minta foto yang ada doinya, tapi malu hehe.. Bajunya selama di sana selalu berwarna hijau. Dasar makelar kodok, dia ngaku suka warna hijau. ...

Setengah hari di Jepang dan Korea

Satu jam berkereta sampailah kita di Jepang dan Korea mencicipi aroma kuliner Jepang dalam antrian setengah jam di hari berhujan untuk semangkuk ramen yang dinikmati sambil lesehan mencoba sumpit mengagumi mangkok naksir dorayaki malah membawa mochi ke kasir Totoro menyapa dari balik etalase toko buku yang meriah merasakan detak riuh rendah Korea dalam lima atau dua bungkus mie pedas Samyang jajanan pinggir jalan, dua Bungeoppang, satu setengah untukku, ekornya untukmu, nikmat disantap ketika hangat Pocky ala korea, dua kotak, kutitipkan di tasmu berharap akan menjadi tiga  ketika tiba di Bonn semoga satu saat, kita bisa menghabiskan beberapa hari di dua negeri drama yang begitu akrab merayakan ulang tahunku atau ulang tahunmu sambil mengenang hari ini yang seharusnya bersalju seperti musim dingin di Jepang dan Korea

Tchuss

Selalu aja, sulit untuk mengucapkan selamat tinggal menutup satu episode hidup yang lumayan meriah aku percaya, aku pasti akan melupakan semua cerita kita pelan-pelan aku perempuan pelupa jarak dan waktu akan membuat kita semakin asing terlalu sibuk dengan lembaran hidup baru yang lebih menantang akan ada wajah dan nama baru menggantikan sosok karib yang selama ini mengisi hari terlalu sedih bukan? aku bahkan tak sanggup membayangkannya sekarang aku sudah melalui hal-hal semacam itu beberapa kali mengerti dengan alur perubahan yang datang dengan alami jadi, kita tidak perlu bersedih aku percaya, meski lupa aku pasti akan merindukanmu ketika memandang langit atau merasakan riuh rendah kehidupan aku akan mencari bayangmu, meletakkan kepala ku di bahumu seperti kemarin ketika kamu selalu ada untukku

Auf Wiedersehen

Halo, Terima kasih sudah meyempatkan menelponku, di depan sebuah restoran Indonesia, Postdamer Platz, dalam dingin yang mulai menyelimuti kotamu, untuk berbicara hal yang tak penting bertukar cerita sebelum zona waktu kita berubah besok Ceritaku telah terampas oleh ribuan kata untuk empirical chapterku aku kehilangan kata selamat tinggal, sampai bertemu lagi sebenarnya aku ingin menangis sedikit untuk esokku yang penuh ketidakpastian apa yang lebih menyedihkan selain perbedaan zona waktu untuk bercakap-cakap di malam sendu tapi cerita tentang kebun semangkamu yang terbentang berhektar-hektar di sana, di kampung jauh tempat ibumu menghabiskan masa kanak-kanaknya membuatku tersenyum masih ada esok, masih ada kebun semangka, sapi, kolam ikan dan matahari mungkin saja nanti kita akan duduk di tengah kebun semangka membicarakan musim gugur menjelang musim dingin ketika waktumu tiba untuk meninggalkan negeri sejuta mimpi suatu hari, semoga, ketika itu aku sudah menyelesaika...

sepertinya sudah usai

seperti hari yang terlalu panjang menuju senja dan rengkuhan kenangan yang tak jua pergi pada perbatasan hari ini aku memikirkan semua jalan untuk kembali pada hatimu dan tak ada yang kutemukan kecuali jejak-jejak yang masih tertelusuri catatan tentang rencana besar kita fotomu dan foto-foto yang kau kirimkan untukku potongan percakapan dan itu saja lainnya tidak jelas antara kangen dan ingin melupakan tercampur dan tak terpisahkan kali ini sepertinya sudah usai seperti tanda titik dan seru yang besar sekali

merindu

Hi kamu, tadi pagi aku mengayuh sepedaku di antara dedaunan yang menjadi cokelat dan menutupi tanah tadi pagi agak dingin, jaket merahku berkibar-kibar ditiup angin dan aku tetap saja penuh peluh, nafas cepat, dan kedua lututku berteriak-teriak akhirnya aku turun dari sepeda dan mendorongnya sebentar mengatur nafas kemudian naik dan mengayuh lagi tapi aku lupa pakai helm helm aku letakkan di keranjang sepeda aku terlalu larut memikirkanmu aku ingin kamu tahu, aku sekarang punya sepeda Hi kamu, aku tau apa yang akan kamu katakan, apa hebatnya naik sepeda ? menurutmu hal-hal seperti itu tidak hebat hanya saja, daun yang berguguran dan pergantian musim ini membuatku semakin sering mengingatmu mengingat betapa aku selalu bersemangat mengirim pesan pendek yang tidak penting dan selalu bisa menebak apa yang akan kamu tulis untuk membalas pesanku Hi kamu, aku merindumu sedikit tadi pagi sambil mendorong sepedaku pelan-pela...

september kelabu

seperti ini rasanya terpisah ribuan igauan dan mimpi kepagian aku merasakan kerinduan entah pada apa mungkin sedikit sapa dan percakapan yang tak pernah kita banggakan aku berbicara padamu yang melekat pada ingatan apa yang kita lakukan hingga tak ada lagi tempat kembali pada saat aku begitu membutuhkan senyummu hanya fotomu di papan hitam itu dangan latar hijau yang tak pernah seteduh hutan tempat kesayangan kita atau biru kemejamu yang mengingatkanku pada langit aku membenci diriku yang masih memanggil namamu saat-saat seperti ini harusnya aku berhak atas sedikit teduhmu tapi tidak lagi, dan tidak akan pernah lagi terlanjur semua menjadi gurauan masa lalu hanya saja, kamu bukan kesalahan atau kelemahan terlebih kebodohan kamu itu seberapapun aku mencoba seseorang yang membuatku merasa hidup dalam sepenuh-penuhnya rasa -dua hari di rumah membuatku memikirkanmu lagi-

Quotes

Awal mei ini, saya punya tiga kutipan yang bisa menggambarkan suasana hati saya, tanpa harus banyak bercerita. “you not wanting me was the beginning of me wanting myself thank you”  ―  Nayyirah Waheed “Someone can be madly in love with you and still not be ready. They can love you in a way you have never been loved and still not join you on the bridge. And whatever their reasons you must leave. Because you never ever have to inspire anyone to meet you on the bridge. You never ever have to convince someone to do the work to be ready. There is more extraordinary love, more love that you have never seen, out here in this wide and wild universe. And there is the love that will be ready.”  ―  Nayyirah Waheed I think you still love me, but we can’t escape the fact that I’m not enough for you. I knew this was going to happen. So I’m not blaming you for falling in love with another woman. I’m not angry, either. I should be, but I’m not. I just feel pain. A...

saya, sepuluh tahun yang lalu

Sebulan ini, saya mencoba mengingat kenangan apa yang tertinggal dari masa hampir empat tahun kuliah di Bogor. Kenangan itu semakin lama semakin kabur. September ini, genap sepuluh tahun saya selesai kuliah, meninggalkan bogor dan memulai hidup yang sebelumnya tidak pernah saya bayangkan. Sepuluh tahun kemudian, saya di Jerman. Waktu kuliah dulu, saya bukanlah sosok populer di kelas. Mau tidak mau, saya harus mengakui angkatan saya kompak tapi tidak kompak. Ada gap antara yang populer dan yang biasa saja seperti saya. Syukurnya, saya masih bisa nge-gank, artinya kalau kuliah tidak duduk sendirian atau kalau pulang kuliah ada yang menemani. Saya punya tiga orang teman kuliah tempat bergantung. Waktu kuliah dulu, tanpa mereka mungkin, perkuliahan saya tidak terlalu mulus. Mereka tempat saya pinjam catatan dan soal ujian tahun lalu, dan berbagi semua suka duka masa kuliah. waktu itu, saya pasif sekali, terlalu sibuk dengan diri sendiri. jurusan saya isinya hampir semua laki-laki. ...

Lebaran jilid tiga di Jerman

Lebaran kali ini saya memilih escape dari Bonn dan merayakannya di Hamburg. Ini lebaran kali ketiga di Jerman, setelah dua tahun lalu saya merayakannya di Dortmund dan Stuttgart. Bonn terlalu hening untuk momen lebaran, saya sebatang kara di Bonn. maka ketika di Hamburg, hari meugang kami sudah selesai memasak lontong, sambal goreng hati, rendang, tauco, dan sayur lodeh. Malam lebaran, saya berbuka dengan lontong dan sukses membuat perut saya kaget-kaget karena Ai yang membuat rendang dan sambal hati dengan level kepedasan yang cukup heboh. Pagi lebaran kami naik kereta ke KJRI. Lebaran kali ini, khutbahnya dalam bahasa Indonesia bersama teman-teman sebangsa senegara. Pulang salat, kami jalan-jalan di zentrum sebentar lalu pulang buat ngelontong lagi. Besoknya pagi-pagi saya balik ke Bonn. lima jam di kereta, saya duduk sendirian tertidur tidur dan tak sampai-sampai. Hari ini, saya sudah di kantor. Meski kondisi belum fit, saya harus datang. Teman seruangan saya janji mem...

Surat-surat dari Bonn

Sejak kembali ke Bonn, Setiap dua minggu sekali, aku mengirimkan surat untuknya. Dua atau tiga lembar, bolak-balik, ditulis tangan dengan tarikan yang dibuat serapi mungkin. Kertas suratnya aku robek dari buku catatan penelitianku yang bergaris biru muda atau dari halaman buku harianku yang sebenarnya sayang untuk dijadikan kertas surat, aku mencintai diariku itu, takut penuh jadi jarang kutulis. Lalu kenapa kemudian aku robek dan jadikan kertas itu, kertas surat untuk dia Surat itu dikirim dengan amplop putih, yang dulu aku beli di toko murah meriah serba ada. Jaman masih ngirit karena uang beasiswa selalu pas-pas-an. Harusnya aku beli kertas dan amplop yang memang diciptakan untuk korespondensi. Bukannya dulu aku juga mengkoleksi kertas surat dari korea yang sungguh menawan. Meski harganya dan barangnya langka, tapi memilikinya sungguh membuatku bahagia. Cuma ada satu toko yang menjual kertas surat buatan korea waktu itu, dan mengunjungi toko itu memberikan kebahagiaan yang...

karena waktu

Image
Saya menonton kembali film berdurasi dua menitan itu, entah untuk ke berapa kalinya. Bukan untuk melihat pemeran utamanya, tapi ada seseorang di film itu yang menarik perhatian saya. Belum sebulan, tapi saya mulai lupa wajahnya. Saya bisa melihatnya lagi, dia ada di film itu. Kacamata hitam itu pas sekali di wajahnya. Cara dia tertawa, sungguh menarik. Tangannya selalu bergerak ketika dia berbicara. Semua yang kemudian tertangkap kamera, menghadirkan ingatan tentang dia. Ketika kembali kemari, dia tidak lagi ada buat saya. Bukan karena dia tidak ada saat ini, dia tidak ada saat itu. Buktinya, dia ada di film itu. Bersamanya saya menyadari, waktu adalah komponen yang sangat penting dalam sebuah hubungan. Seberapa lama kita saling mengenal, menentukan jumlah benang-benang halus yang menghubungkan. Waktu membawa kekariban. Waktu tak bisa ganti dengan apapun. Ingatan dan kenangan hanya bisa berjalan beriringan bersama waktu. Harusnya saya mengerti, dia seseorang yang men...

Auf Wiedersehen Sayed

Image
Saya masih ingat, Oktober 2012, ketika saya di welcome sebagai warga baru di Bonn. Untuk pertama kalinya kami ngopi berempat : saya, Mira, Zuhra dan Sayed. Kami ngopi di McD dan mereka dengan baik hati menjawab pertanyaan-pertanyaan saya tentang Bonn. Waktu itu, saya senang sekali. Sahabat di negeri yang jauh pastinya sangat berharga. Saya menganggap mereka adik-adik saya sendiri. Sungguh beruntung, saya punya tiga orang adik yang tinggal di kota yang sama. Sejalan dengan waktu, kami berempat punya banyak "we time" yang sungguh spesial. Mulai dari sekedar ngopi, masak dan makan bareng, escape Bonn, dan berlibur bersama. Kalau lagi suntuk, tinggal janjian buat ketemuan dan memilih aktivitas apa yang paling mungkin buat dilakukan dengan waktu dan keinginan yang ada. Kami bahkan pernah nongkrong di perpus buat ngerjain tesis, tapi tidak lama karena ternyata tidak asyik duduk bareng dan sibuk dengan tesis masing-masing. foto candid mereka bertiga, di salah satu momen esca...

Istanbul dalam puisi

Istanbul, keemasan warna lampu terhujam ke angkasa Alunan musik, melarutkan perih Air mata turun menambah kelam Cahaya lampu tak mampu taklukkan perih Terlanjur namanya merasuk malam, Haruskah aku padamkan kelip senyummu di langit hati Karena aku, harus melangkah Terlalu kikuk menunggu rengkuhan

Menunggu

Image
Sudah lama tidak memposting di blog ini, siang ini saya menulis di ruang tunggu bandara kuala namu, medan. Penerbangan ke padang  ini harusnya sudah dari tadi, berhubung cuaca jelek, jadi menunggu hingga cuaca baik. Menunggu cuaca baik ini, kadang waktunya tak bisa ditentukan. Saat ini, hidup saya juga seperti itu. Menunggu cuaca baik. Bersabar, sambil mengatur strategi untuk keluar dari cuaca buruk yang menyesakkan dada. Bukankah hidup selalu menarik, ada atau tanpa cuaca buruk ? Meski, sekali lagi, menunggu kadang sangat melelahkan. Bad weather tak selalu identik dengan bad mood. Seharusnya seperti itu.

My Ndut

Pagi ini, saya bermimpi bertemu dengan adek bungsu saya yang imut-imut. Dia memakai seragam SD dan sedang memasukkan sesuatu ke dalam tas sekolahnya dengan serius. Dasi merahnya terpasang miring, dan ketika saya menyapanya, wajahnya kelihatan tidak senang. Saya suka sekali melihat wajah cuek itu, menggemaskan sekali. "Titou kelas berapa sekarang?" Tanya saya "Kelas dua " "Gurunya siapa ?" "Ibu Nelly " Saya tidak ingat lagi percakapan kami selanjutnya, karena saya terbangun oleh suara tangisan saya sendiri. Saya paling tidak suka menangis dalam tidur, tapi sesekali itu terjadi. Entah kenapa saya menangis, tapi mungkin di bawah alam sadar saya, saya memikirkan dengan sungguh-sungguh keadaan si ndut di Melbourne sana. Percakapan-percakapan panjang kami belakangan ini tentang perjuangan dan kesabaran di tahun pertama kuliah di luar negeri. Setelah masa bahagia mendapat beasiswa berakhir, maka akan ada masa satu semester atau satu tahu...

Rekonstruksi kenangan

Akhirnya, semua rute dan tempat yang pernah saya pergi berdua dengan dia, sudah saya rekonstruksi ulang lagi. Saya menyusuri rute-rute itu sendirian satu persatu dengan perencanaan yang matang. Rasanya memang berbeda, sebuah perjalanan ketika ada seseorang di samping. Biasanya kami berbicara banyak dan tiba-tiba sudah sampai di tujuan. Namun, bukan berarti ketika sendirian lebih menyedihkan. Kalau sendirian lebih banyak yang bisa dilihat apalagi dirasakan, Termasuk mengingat kenangan yang akan segera ditimpa dengan kenangan baru. Waktu berjalan lebih lambat dan tujuan terasa agak jauh. Rekonstruksi ini, buat saya penting dalam rangka move on. Hanya saja, entah kenapa, jalan kami masih terus bersinggungan. Masih saja dia, bisa tiba-tiba muncul dalam sore saya. Muncul dengan sebab-musabab yang bahkan tak pernah terpikir sebelumnya. Menciptakan kenangan baru, padahal kenangan lama sudah susah payah saya timpa. Kalau seperti ini, maka rekonstruksi saya jad...

The Waiting Place: Kalender

Tulisan ini ditulis ndut di blognya. Saya suka sekali cerita dan gambar yang dibuat ndut dalam tulisan ini. Kenangan masa kecil saya yang tak akan pernah terlupakan.. The Waiting Place: Kalender : "Malam ini sebelum tidur, kami dan mama mencoret satu angka lagi pada kelender yang digantung di samping tempat tidur." Kemari...

menyusun keping

Mungkin memang butuh waktu untuk bisa kembali ke keadaan sedia kala Mungkin kami seperti anak kecil yang menyusun lego dengan tekun lalu tiba-tiba dihancurkannya sendiri apa yang telah dia buat dengan satu hentakan atau hantaman tentu akan butuh waktu menyusunnya kembali. Memilah warna, memilah bentuk, menyocokkan satu keping dengan keping yang lain dan semakin lama, karena sibuk membandingkan dengan bentuk awal yang sudah disusun mungkin kami juga seperti itu harus punya sedikit keberanian untuk melupakan semuanya dan kembali menyusun lego-lego kami mungkin tidak terlalu sulit karena kami sudah saling tahu warna dan bentuk masing-masing namun juga agak sedikit sulit karena keping-keping itu sudah pernah berserakan mengumpulkannya satu per satu, menyusun dengan pelan seperti itu.. mungkin tidak akan pernah sama lagi keping hati kami terlanjur berserakan

suddenly stranger

Image
Suddenly stranger, tiba-tiba jadi orang asing, jadi alien yang datang dari planet yang berbeda. Pernah  merasa seperti itu? Awalnya, semua hal kecil mungil, remeh temeh yang terjadi dalam hidup seseorang, saya tahu. Sayalah yang ingin tahu, semua dipantau, dicermati. Komunikasi berjalan dengan baik dengan memanfaatkan semua media yang ada dan beda waktu tak jadi masalah. Kalau yang dekat, update informasi dilakukan dengan copy darat. Ngobrol ke sana ke mari, mendengarkan lagu yang sama, bertualang ke sana kemari, menemukan padang bulan yang baru dalam pengembaraan bersama. Waktu berlari, menorehkan cerita dan pemahaman. Masuk ke dalam hidup seseorang, merasa nyaman di sana, menjadi bagian dari harinya. Semakin terseret ke dalam hidupnya, menyukai apa yang disukai, membenci apa yang dibenci. Kehilangan diri dan melebur dalam dunia baru. Menemukan diri menjadi kaya dengan khazanah hidup baru. Lalu terjadilah perang bintang. Serpihan meteorit, debu dan gaya tolak yang tak sa...