Posts

Showing posts with the label Activity

Suatu Hari di Bandara Kuala Namu

Saya sudah selesai salat dan makan lontong terburu-buru ketika penumpang lain mulai mempertanyakan nasib kami yang tak kunjung jelas. Seharusnya pukul sepuluh pagi kami sudah berangkat ke padang. Sudah hampir empat jam menunggu. Tidak ada dari pihak airlines paling keren dan paling mahal tiketnya itu memberikan jawaban yang memuaskan. Semua penumpang mulai gelisah, mungkin karena lapar. Tidak ada informasi yang jelas. Saya sendiri sudah dua kali bolak balik bertanya. Tidak ada yang bisa dipercaya dalam proses negosiasi. Hingga akhirnya, proses adu mulut itu berhenti ketika pihak airlines menghilang begitu saja. Kali ini tanpa penjelasan yang pasti, apa yang harus dilakukan penumpang. Pukul empat sore, penumpang yang senasib terlihat makin sedikit. Saya berinisiatif bertanya tentang keputusan apa dari airlines buat kami yang tersisa, yang duduk sangak dan masih berpikir, apakah ada solusi terbaik untuk kami. Ternyata petugas airlines di ruang tunggu menyarankan kami untuk menemui cost...

Mimpi baru

Saya tidak tahu sejak kapan si ndut punya cita-cita untuk membuka sebuah TK. Tiba-tiba saja, dia sudah membicarakan tentang buku-buku yang harus dibeli untuk persiapan membuka TK. Saya bingung awalnya, tapi selanjutnya malah menikmati mimpi si ndut untuk mendirikan TK. Kami sibuk mendiskusikan buku-buku bagus yang dipamerkan dengan sombong oleh pemilik website brain pickings. Rak bukunya membuat si ndut nervous dan berjanji mengurangi jatah makannya agar bisa membeli satu buku setiap minggunya. Ya, mungkin setelah menyelesaikan doktor ini, saya keluar saja dari pekerjaan dan membantu si ndut mengelola TK. tentu saya bisa jadi guru bahasa inggris, bahasa jerman dan guru mengarang. Sekalian jaga anak sendirilah, bisa nyambi jadi guru. Kalau perlu ya sekalian anak-anak saya di homescholing aja. Semakin liar ide, semakin ada yang tidak beres. Mungkin si ndut terlalu exciting dengan semester barunya dan saya semakin terpuruk di antara jurnal dan kepala yang tak mau kompromi diajak b...

segelas cendol di Bonn

Kemaren, pas sommer fest di Essen, stand Indonesia menawarkan es cendol untuk pengunjungnya. Waktu itu, saya hanya melirik dari jauh saja, malu dunk ikutan antri sama pengunjung demi segelas cendol. Sempat nyari-nyari resep cendol, tapi kok effortnya besar sekali. Akhirnya pelan-pelan melupakan dan berharap ada keajaiban segelas cendol dalam waktu yang tak terlalu lama. Alhamdulillah, jumat kemarin, waktu pengajian IMB, cendol dan es teler terhidang manis di meja. Duh, saya sampai terharu biru, segitunya ya berkah ramadhan ini. Lebih dari itu, buka puasa kemarin, ada asinan bogor lengkap dengan kerupuk mie. Terakhir makan asinan bogor, di adelaide. Namun, rasanya yang segar masih sama, dan membuat saya jadi pengen mbogor hehe.. Selain cendol dkk, pengajian kemarin memberikan banyak ilmu baru buat saya. Ustadznya khusus diundang dari Indonesia dan memberikan materi tentang zakat. Sempat juga radio ASFE mengadakan siaran khusus untuk materi kajian islam online live dari Bonn. P...

setengah ramadhan

Tidak terasa sudah setengah ramadhan terlewati. Dua hari ini saya tidak bisa menahan kantuk, jam 11 pagi, mata terasa berat. Maka saya bergegas turun ke meditation room dan mengambil kursi di pojok, 10 menit dan 15 menit cukup untuk membuat pikiran segar kembali dan kembali duduk di depan komputer. Tadi pas turun buat salat zuhur, saya melihat ada juga yang tertidur di kursi meditation room. ah, saya jadi ingat musala atau mesjid di Indonesia yang penuh oleh jamaah yang beristirahat atau berteduh dari teriknya hari. Mungkin wajar kalau saya agak ngantuk, malam sangat pendek dan terpotong oleh sahur di antaranya. Pagi harus segera bergegas ke kantor. Cuma weekend saja saya bisa sedikit memperpanjang tidur. Cuaca musim panas yang terik juga membuat puasa semakin menantang. Terawih juga, saya selalu harus membuka jendela. Kalau di rumah saya selalu menghidupkan kipas angin ketika salat, atau kalau di mesjid berdiri di bawah kipas angin atau dekat jendela. Begitulah, tapi ...

Ramadhan kali ini

Ramadhan kali ini, untuk pertama kalinya saya memulainya di Jerman. Tahun lalu, sepuluh hari pertama saya masih di Aceh dan dua puluh hari seterusnya di Dortmund. Puasa di Dortmund, saya masih bersama teman-teman satu batch, masih berdelapan, dan suasana masak bersama, sahur bersama, dan puasa bersama masih terasakan dengan baik. Hari pertama puasa, saya ikut training di kampus hingga jam 18:30, balik langsung ke rumah mira untuk buka bareng. Undangan buka bersama, puasa pertama ini sungguh membuat saya bahagia. Setidaknya saya bisa berbuka bersama teman-teman dan tidak sendirian mengawali buka puasa ramadhan ini. Menu buka kemarin, sungguh menu rumahan yang saya rindukan. Soto, telur rebus, dan bakwan jagung ala chef Mira dan pepes udang spesial buatan chef Sayed. Saya menyusupkan juice semangka, penawar dahaga yang hampir selalu ada di rumah jika berbuka. Tak lupa ada kurma, buah yang selalu muncul ketika ramadhan. Sahur di Bonn pukul 3.00 pagi dan berbuka 21:45 d...

jarak

Kemarin meeting perdana pengurus IMAN via skype. Bentuk baru meeting berjauhan dengan banyak orang dari kamarnya masing-masing dengan pakaian rumah dan bisa sambil mengerjakan apapun. Sore kemarin, saya sambil membersihkan kamar (karena hari ini ada yang mau memperbaiki lampu kamar) menunggu meeting berjalan. Mungkin ada juga yang sambil makan atau tiduran. Dulu, mungkin meeting bersama seperti ini masih tidak mungkin tapi dengan perkembangan teknologi dan jaringan internet yang lumayan kencang, beberapa orang bisa berbicara bersama. Saya juga pernah mengikuti pengajian bersama, kajian bersama, atau rencana kami untuk bisa melakukan training online dengan media skype, yang bertahun lalu mungkin hanya bisa kita lihat di film futuristik saja. Kesempatan seperti ini, buat saya merupakan suatu kebahagiaan, berhubung hanya sekali-kali bisa bertemu dengan teman-teman di seluruh jerman, maka bisa berbicara bersama sudah lebih dari cukup. mungkin beberapa tahun ke depan, akan ban...

satu sore di Leverkusen

Saya kenal citra, di pengajian bulanan kami. Citra cerita kalau di Leverkusen, ada Mall kayak di Jakarta. Karena sudah lama g ngemall, saya pengen ngerasain suasana mall lagi sekalian cuci mata. Jadilah sabtu kemarin kami janjian buat ngemall dengan semangatnya. Ternyata bener, kali ini benar-benar mall, bukan pertokoan yang berjajar atau sekolompok toko-toko di pusat kota. Sudah lewat waktu  makan siang ketika kami sampai, kami mutar2 bentar, lalu nyari tempat makan siang. Akhirnya Citra ngajak saya makan di sebuah restoran asia all you can eat. karena saya udah duluan makan Baguette Tuna yang segede gambreng, jadinya saya makan seadanya. Citra benar-benar menikmati makan siangnya, jadi kami ngobrol panjang lebar tentang segala macam. Selesai makan, citra kekenyangan. Jadi kami duduk di kursi yang memang disediakan buat pengunjung yang kelelahan habis mutar-mutar mall. Lalu saya ke toilet sebentar. Setelah sekian lama menunggu makanan turun, kami mulai jalan lagi. Tiba-tib...

Listen to my Radio

Bertahun lalu, waktu masih jaman nelpon ke radio buat request lagu, saya suka nelpon untuk minta diputarkan lagu untuk someone yang suka makan bakwan, hehehe siang itu, sepertinya penyiarnya lagi gak banyak kerjaan, sehingga bisa dengan sangat leluasa meladeni saya bercakap-cakap. salah satu isi pembicaraan itu yang masih saya ingat, dia dengan sangat yakin mengatakan, kalau suara saya cocok buat jadi penyiar radio. waktu itu sepertinya saya masih SMP, dan sama sekali tidak terpikir kalau suatu saat bisa jadi penyiar. bertahun kemudian lagi, setelahnya, saya di tingkat persiapan bersama, di institut publisistik bogor, saya kembali bersentuhan dengan dunia radio. Tidak sengaja, karena saya dan irma kebagian matakuliah radio buat olah raga dan seni. Kami sangat menderita waktu itu, kuliah jam 8 pagi di kampus baranangsiang, jadi kami harus berangkat pagi-pagi dari Dermaga. Mahasiswa yang ikut OS radio juga sungguh sesuatu, sementara waktu itu saya masih dalam masa penyesua...

world book day

Image
Selamat Hari Buku sedunia :) hari ini memang saya habiskan dengan sebuah buku. Buku yang tebalnya 466 halaman itu, hari ini berhasil saya baca 42 halaman. 10 jam 42 halaman, amaijing kan? buku tentang cara menulis disertasi phd, itu yang saya baca hari ini. buku ini dipinjamkan maria, seminggu yang lalu. maria teman phd saya, berbaik hati meminjamkan dua buah buku yang baru saya sentuh hari ini. hobi membaca buku saya, sepertinya akan beralih ke hobi yang lain, sejak saya harus membaca buku-buku yang seperti itu. hilang sudah kesenangan membaca buku, entah kapan terakhir kali menikmati membaca buku dengan bahagianya. kalau bukunya saya suka, kecepatan membaca saya bisa dibanggakan. kalau bukunya biasa-biasa saja, baca depan, baca belakang, balik ke tengah. kangen membaca buku kesayangan saya, yang bergenre chick-lit, happy ending dan bersetting menarik. tersesat di halaman-halaman buku, mengembangkan imajinasi ke awan, dalam penokohan dan alur. tapi bagaimanapun, selam...

Tag der Erde 2013

Selamat hari bumi :) Pagi ini saya menerima ucapan selamat hari bumi dari teman saya. Pesan khususnya, mari selamatkan hutan Aceh. Berbeda dengan saya, beberapa tahun ini, sepertinya saya terpisahkan jauh sangat dari isu-isu lingkungan seperti hutan, terumbu karang, dan air. Padahal dulu, waktu masih kuliah, saya aktif jadi relawan lingkungan. Isu-isu itu begitu akrab dan karib. Kalau hari bumi seperti ini, biasanya saya pasti punya banyak agenda dan kegiatan. Saat ini, isu lingkungan yang agak sering saya dengar adalah tentang climate change karena teman-teman saya sebagian besar researchnya tentang itu. Sungguh miris mendengar berbagai hasil penelitian tentang banjir, kekeringan, gelombang panas dan musim yang tak beraturan. Mau tak mau manusia harus beradaptasi dengan buminya yang semakin rentan dan penuh ketidakpastian. Jadi, hari ini, apa yang sudah kita lakukan untuk bumi ini? kalau saya, tidak banyak yang sudah saya lakukan, meskipun saya ngakunya perduli. mungkin dengan...

Göttingen akhir pekan kemarin

sungguh menyenangkan bertemu dengan teman-teman mahasiswa aceh yang kuliah seantero jerman. Agenda rutin tahunan duek pakat, ajang silaturrahmi dan memilih ketua baru kali ini diadakan di kota Göttingen tanggal 13-14 April kemarin. Saya, Mira, Sayed dan Zuhra berangkat pagi dari Bonn dengan tiket akhir pekan. Turun di Köln untuk berganti kereta, Bang Aulia bergabung bersama kami. Lalu ketika berganti kereta di Hamm, Rahmi yang dari Bochum kembali bergabung. Perjalanan dari Bonn ke Göttingen memakan waktu 6 jam lebih dengan beberapa kali berganti kereta. Siang ketika tiba di Göttingen, kami disambut hujan. Setelah menunggu bis setengah jam, kami tiba di tempat acara dan langsung makan siang dan salat. Persiapan panitia sungguh sangat baik, semua agenda acara berjalan lancar. Hampir tengah malam ketika kami sudah memilih kembali ketua untuk kepengurusan setahun ke depan. Hari minggu, agenda acara tambahan hingga pukul 11. Makan siang dibungkus dan kami foto bersama. Waktu sangat ...

Shopping Day

Tadi pagi kami bersemangat menuju sebuah pasar kaget yang lokasinya di lapangan dekat Universitas Dortmund. Waktu tiba di sana, sayanya yang kaget. Ekspektasi saya, pasar ini seperti Sunday Marketnya Adelaide, tapi ekspektasi saya terlampaui. Pasar yang ini, menjual barang bekas dan baru. Apa saja, namun demikian barangnya bagus-bagus sekali. Kalau pakaian atau jaketnya, bermerk, beraneka rupa, dan banyak sekali pilihannya. Barang pecah belahnya sangat menggoda. Harganya, boleh ditawar. Acara tawar menawar ini berbekal beberapa kosa kata yang diajarkan guru saya di kelas dan semua penjualnya rela barangnya ditawar. Maka Sayed, sebagai satu-satunya lelaki di antara empat tante (perempuan) cantik, sangat berjasa. Tak henti-hentinya mengingatkan agar kami tidak kalap berbelanja. Kadang si ganteng (uhuk..uhuk) ini, harus menarik kami agar terus berjalan dan tidak tergoda bertransaksi. Mungkin sekitar tiga jam kami berputar-putar di lapangan yang besar sekali itu. Penjualnya memar...

September Ceria

Tanpa terasa September sudah datang. Cuaca mulai dingin. Sisa-sisa Sommer yang hangat sudah tak ada lagi. Musim semi ini sungguh menggoda. Sudah bisa bersiap-siap menghadapi kehidupan yang sesungguhnya. Bulan depan akan berpisah dengan teman-teman se-Batch yang akan menuju kotanya masing-masing. Mungkin akan terasa rindu yang sangat, dalam candaan yang makin lucu dan rahasia yang tak ada lagi. Memang terlalu banyak masalah yang telah kami lalui bersama, dalam tangis tawa. Dalam dekap dalam jauh. Hingga nanti akan terasa kosong untuk rasa kehilangan yang biasa-biasa saja. Sebulan di sini, si bos saya nun jauh di pulau sana, tetap memantau. Katanya, kenapa saya jalan-jalan melulu. Ternyata si bos sering melihat dinding saya yang penuh foto di sana di sini. Ah, bos, foto-foto itu tak lama lagi akan menyusut, karena teman-teman berfoto akan menyebar. Dan lagi acara jalan-jalan itu bagian dari kursus bahasa, agar tercicipi sedikit kultur negeri baru ini. Ini hanya sedikit ke...

Fantasy please be my friend

Jalan-jalan keliling Dortmund dengan bis itu, membuat saya mengantuk sangat. Berusaha untuk tidak tertidur, namun apa daya, beberapa kali saya mendapati diri saya terbangun dari tidur. Penjelasan si Bapak tentang objek-objek yang kami lihat di jalan seakan pembacaan dongeng pengantar tidur yang sungguh merdu. Namun diantara tidur, bangun, setengah tidur dan setengah bangun, ada beberapa petuah si Bapak yang membekas di hati saya. Kata-kata itu dikatakannya ketika tour hampir berakhir dan saya coba mengingatnya baik-baik. “Sesulit apapun kehidupan yang akan dihadapi, sebanyak apapun masalah yang akan ada, janganlah pernah kehilangan fantasi.” Kalau saya mengartikan fantasi  ini adalah sedikit kesenangan hidup, sedikit imajinasi, sedikit mimpi, sedikit keceriaan dengan menikmati hal-hal yang memberikan kebahagiaan.  Suatu keyakinan yang ada dalam diri bahwa tidak ada yang tidak mungkin untuk mewujudkan impian. Lalu menurut si Bapak, fantasi ini bisa didapat dar...

dimana...dimana...dimana..

Kemarin, 27 Agustus 2012, sepertinya harus dicatat baik-baik. Kemarin adalah hari pertama saya berkesempatan luntang lantung sendirian di Zentrum naik turun U-bahn seorang diri mencari alamat. Ah dimana.. dimana..dimana..  Hampir sebulan ini saya selalu jalan bersama teman, selalu mencari sesuatu bersama, tersesat bersama, dan mengambil keputusan bersama. Barulah kemarin ketika harus mentransfer uang jaminan (kaution) untuk tempat tinggal saya dan saya harus mencari bank untuk menukar uang (dibekali dolar dari rumah setelah guling-guling ngotot minta uang saku) ke euro. Orang rumah saya mengerti,  semakin banyak uang yang saya bawa berbanding lurus dengan kemungkinan saya bershopping ria. Maka membekali uang dengan mata uang lain adalah taktik yang sangat bagus. Hahaha.. Maka diujilah kemampuan navigasi gps “feeling” ketika berjalan keluar dari stasiun. Saya tidak membawa peta dan gps BB saya tidak berfungsi di sini. Tak berapa lama gps “feeling” ini menyerah dan mem...

Cerita Lebaran Kami di Dortmund

Tulisan ini saya tulis karena setelah sesi skype 2 jam-an dengan sahabat saya uci, dia lupa menanyakan tentang lebaran saya di Dortmund tahun ini. Begini ceritanya, Beberapa hari sebelum lebaran, teman-teman yang berjenis laki-laki, yang selama tiga minggu di sini berbuka puasa dan salat di Mesjid Taqwa Dortmund sudah bertanya-tanya tentang dimanakah kami akan salat. Mereka sampai mengirimkan email ke pengurus mesjidnya, dan Alhamdulillah dijawab secara email dan secara langsung. Oia, saya mau cerita tentang teman-teman saya yang selalu bersemangat bercerita tentang menu buka puasa di mesjid ini yang sungguh enak dan banyak. Kadang-kadang makanan tersebut masih bisa dibungkus dan dibawa pulang untuk kami. Sehari sebelum lebaran, kami sudah mulai memasak lontong (lontong sachet yang harus direbus 3 jam lebih) dan teman-teman. Berhubung masaknya pake kompor listrik maka jadi semakin lamalah memasaknya. Masalah lontong ini sebenarnya hanya tradisi dan sedikit bisa jadi pelip...

semusim

Pagi ini cuaca sudah mulai sejuk. Seminggu kemarin, panas sekali di sini. Hampir 40 derajat. Dua pagi di kelas, semua orang mengeluh tidak bisa tidur karena kepanasan. Topik pembuka pembicaraan yang sungguh tepat, bicara tentang cuaca dan hari. Suasana kelas sungguh meriah, baju-baju musim panas dengan warna-warna cerah mendominasi. Semua dalam mood yang baik, membicarakan rencana jalan-jalan, rencana berenang dan aktivitas outdoor lainnya. Minggu pertama saya datang, jaket tak pernah lepas dari genggaman. Minggu kedua jaket kadang dipakai kadang ditenteng. Minggu ketiga, jaket disimpan (ditendang) rapi dalam lemari. Kota ini cepat sekali berubah-ubah moodnya. Kadang sendu dan kadang meriah. Mau tidak mau semua terikut dalam gerak suasana hati langit. Kalau saya tetap memfavoritkan hujan rintik-rintik dan langit biru muda. Beberapa kali saya disuguhi pemandangan seperti itu dan sangat bahagia karenanya. Pergantian musim ini, katanya sungguh ekstrim perubahan suhunya. ...

wanted : home sweet home

Dua minggu ini saya habiskan dengan duduk di depan laptop membuka-buka iklan rumah atau apartemen satu kamar di Bonn. Ternyata susah menemukan yang sesuai dengan budget saya. Saya harus menaikkan budget saya untuk rumah dan barulah saya menemukan beberapa pilihan. Lalu dengan bahasa jerman seadanya saya mengirimkan email atau nekat menelpon. Sungguh terlalu, menelpon dengan bahasa jerman seadanya itu. Beberapa berhasil dengan percakapan yang mengalir dengan baik dan beberapa berakhir dengan telpon yang ditutup karena saya tidak mengerti apa yang dikatakan si landlord. Rupanya itu pula mengapa kami dikursuskan bahasa hampir setahun agar supaya bisa saat-saat seperti ini memakainya dengan bersungguh-sungguh. Alhamdulillah saya diberikan sahabat baru yang baik, yang mau membantu saya, mulai dari ikut mencarikan iklan yang sesuai, membuat janji dan melihat kamar tersebut, mendatangi yang punya asrama dan menanyakan ada kamar kosong untuk saya, sampai menawarkan meminjamkan uang m...

bianglala

Image
Ketika lusa lalu saya dan teman-teman mengunjungi satu lagi pasar malam yang riuh rendah di Dortmund, tiba-tiba teringat pengalaman bertahun lalu pengalaman pertama mengunjungi keramaian sejenis. Malam minggu itu, saya baru pulang les dari LIA Bogor di BS. Tidak sendirian pulang kali itu karena ada seorang adik kelas yang les juga di tempat yang sama. Biasanya kami pulang berdua, makan malam dulu karena kalau tiba di Darmaga penjual makanan sudah tak ada lagi. Setelah menghabiskan satu porsi nasi goreng dan bercerita panjang lebar (konon adik kelas saya itu akhirnya memilih pindah dari IPB dan jurusan yang sesuai dengan bakat berkomunikasinya yang luar biasa di UI) kami naik angkot pulang. Tengah jalan menuju Darmaga, tiba-tiba kami melihat keramaian pasar rakyat. Spontan dia mengajak saya turun dan menikmati pasar malam di tengah sawah itu. Kami turun dan bergabung dengan masyarakat sekitar. Penjual bakso, kacang rebus, dan kembang gula. Anak-anak berlarian. Pe...

berkenalan

Ternyata butuh waktu untuk mengenal. Bahkan untuk berkenalan dengan sebuah kota, entah berapa lama akan jadi karib. Kota ini dalam dua hari yang aku kenal, hanya sebatas jendela kamar dan sepotong balkon. Gerak-gerik tetangga di seberang rumah, kadang terekam pelan. Kadang jendela itu ditutup tirai saja, maka kota ini hanya sebuah kamar yang karib dengan laptop dan selimut. Beberapa hari kemudian, berkenalan dengan jaringan kereta yang sungguh rumit. Berjalan menuju stasiun kereta, membeli tiket di mesin, menikmati laju dan berganti kereta. Duduk manis menikmati pemandangan dari balik kaca, mencoba mengingat semua detil agar tak tersesat nantinya. Butuh waktu juga untuk memberanikan diri memenuhi undangan berbuka di kota sebelah. Berteman dingin ketika salah turun stasiun dan kembali menikmati perkenalan dengan pusat kota, ketika harus berjalan pulang karena sudah lewat tengah malam. Pelan-pelan mengingat arah dan belokan, membuka mata melihat hal-hal menarik dan menikmati ha...