dimana...dimana...dimana..
Kemarin, 27 Agustus 2012, sepertinya harus dicatat
baik-baik. Kemarin adalah hari pertama saya berkesempatan luntang lantung
sendirian di Zentrum naik turun U-bahn seorang diri mencari alamat. Ah dimana..
dimana..dimana.. Hampir sebulan ini saya
selalu jalan bersama teman, selalu mencari sesuatu bersama, tersesat bersama,
dan mengambil keputusan bersama.
Barulah kemarin ketika harus mentransfer uang jaminan
(kaution) untuk tempat tinggal saya dan saya harus mencari bank untuk menukar
uang (dibekali dolar dari rumah setelah guling-guling ngotot minta uang saku)
ke euro. Orang rumah saya mengerti, semakin banyak uang yang saya bawa berbanding
lurus dengan kemungkinan saya bershopping ria. Maka membekali uang dengan mata
uang lain adalah taktik yang sangat bagus. Hahaha..
Maka diujilah kemampuan navigasi gps “feeling” ketika berjalan
keluar dari stasiun. Saya tidak membawa peta dan gps BB saya tidak berfungsi di
sini. Tak berapa lama gps “feeling” ini menyerah dan memohon saya menggunakan
cara lain yang lebih mantap, bertanya, setelah sepertinya semakin jauh berjalan
semakin tidak tenang.
Saya bertanya dengan seorang ibu-ibu paruh baya yang lewat. Si ibu sangat ramah dan dia mengantarkan
saya karena dia tau ancar-ancar arahnya.
Ternyata jauh juga saya salah jalan dan akhirnya si ibu menyerah, dan bertanya kepada petugas pemadam
kebakaran yang kebetulan mangkal di jalan, dan si petugas dengan praktisnya,
bertanya apa saya bisa berbahasa inggris? Lalu dia berbicara dengan bahasa
inggris untuk menunjukkan arah.
Ahhh saya langsung tergugu, mengapa si bapak harus berbicara
bahasa inggris dengan saya. Dari tadi saya berbahasa jerman dengan si ibu dan
ibu itu mengatakan bahasa jerman saya sangat bagus. Saya tersinggung sekaligus
senang karena tak perlu terlalu banyak mikir dan tersesat.. Hehe
Lalu di Bank saya berbahasa Inggris lagi karena masalah uang
kalau tersesat dalam proses alih bahasa agak menyeramkan.
Hingga karena satu dan lain hal hari ini saya harus kembali
ke bank itu lagi hari ini, dan tiba-tiba kali ini secara spontan saya
berbicara dalam bahasa Jerman. Setelah
selesai transfer saya menanyakan kepada
petugas bank dimana kantor pos. Kali ini saya harus bertanya sekali lagi dan
menggabungkan kemampuan “gps feeling” dan alhamdulillah ketemu karena berbekal
penjelasan yang pertama saya mondar mandir tapi tetap kantornya tak ketemu.
Kantor yang katanya kantor pos tapi tidak ada petugas posnya
sebijipun. Saya harus berinteraksi membeli prangko dengan mesin. Tidak usah
dijelaskan ke-stupid-an saya membeli prangko di mesin semacam atm itu. Ibu yang
antri di belakang saya juga ternyata baru pertama kali membeli prangko di mesin
dan dia berbaik hati membiarkan saya mencoba dan belajar dari saya cara membeli
prangko.
Akhirnya saya pulang dengan terseok-seok, dua hari berjalan
mancari alamat, menyebabkan kaki saya lecet. Ah dimana...dimana..dimanaa.. kali
ini bukan alamat palsu, tapi berbeda saja cara mencari alamat di sana dan di
sini.. dalam perjalanan pulang itu sungguh saya merindukan bajaj, becak atau
ojek, dengan rasa rindu yang tak terkira..