Jalani saja
Semalam, adek saya tercintaaah curhat tentang kegalauannya
yang sebentar lagi berganti status dari mahasiswa (status paling keren dan
membahagiakan) menjadi dokter spesialis. Curhat semalam dilakukan via bbm dan
dalam bahasa inggris karena mungkin curhat dalam bahasa inggris terasa lebih
romantis. Hahaha..
Inti percakapan kami semalam, gimana menjalani perubahan
kehidupan sehari-hari, status, tempat
tinggal, kota, pekerjaan, gaya hidup, dan sebagainya.
kesimpulannya, adek saya itu galau
berat.
Perubahan, apapun itu, memang menakutkan. Pengalaman saya,
pada suatu titik, kita seharusnya ikhlas menjalani kemana perubahan itu
membawa. Misalnya, pas selesai kuliah di Bogor, saya sempat nyewa kamar kos dekat
kampus buat setahun sebagai alasan tidak kembali ke Aceh. Saya pulang ke aceh cuma
bermodal sekoper baju ala kadarnya, untuk ikut tes PNS. Menjawab soal ujian
asal-asalan, dan berdoa semoga gak lulus, jadi saya bisa balik ke Bogor dan
kerja di Jakarta. Lalu, tsunami terjadi dan saya diterima PNS. Perlu setahun
buat menggalau dan menjalani hidup di Sabang.
Perubahan kedua, setelah lulus master, saya galau lagi.
Sempat tiga bulan gak masuk kantor dan ngurus-ngurus pindah ke Banda Aceh. Akhirnya,
mau gak mau harus balik ke sabang. Hampir dua tahun saya berkantor hanya bersama
bang ipul yang lebih sering menghilang, sehingga saya jadi makhluk penunggu kantor yang kesepian dan memiliki banyak waktu untuk berpikir. Sampai akhirnya, ketika saya sudah pasrah jadi
PNS sabang, saya ditarik ke Bappeda.
Maka nasehat saya, untuk adek saya itu, jalani saja. Jangan
pikir terlalu banyak. Pintu masih terbuka. Kalau gak sreg di Banda Aceh, ya
pergi, cari yang lebih baik. Tapiii, kadang kita sudah digariskan untuk berada
di suatu tempat, bertemu dengan orang-orang tertentu, dan melakukan hal-hal
tertentu dengan sepaket konsekuensi menjalani hidup yang kita pilih itu. Ceritanya sudah ada.
Ibu saya pernah berkata, kalau saya gak pulang, belum tentu
saya bisa sekolah di Australia dan Jerman. Lalu saya jawab, kalau saya tidak
pulang, mungkin saya liburannya tiap tahun ke luar negeri karena karier saya
sebagai manajer pusat perbelanjaan sangat gemilang. Ya, waktu itu saya sudah
dipanggil interview buat jadi manajer sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta.
Balik lagi, semua adalah pilihan hidup. Maka pilihlah sesuai
hati, atau jika tidak bisa memilih, berkompromilah dengan yang sudah dipilihkan. Insya Allah akan
ada jalan dan kesempatan yang tidak diduga-duga. Setelah itu, berhenti berpikir
tentang kemungkinan-kemungkinan lain dari pilihan yang tidak kita ambil di masa
lalu. Ikhlas jalani hidup.
Sesulit apapun hari ini dan besok, itulah hidup yang kita pilih.
“I know, it is easier to talk, but hard to do. Sis,you’ll
be fine.. I promise...”