Sabang dan Kenangan
Perjalanan saya ke sabang kemarin untuk mengurus tugas
belajar sungguh sangat berkesan. Dari Banda Aceh saya sudah memakai seragam pdh
kebanggaan, padahal seingat saya, saya selalu mengganti pakaian di Sabang tidak
pernah berpakaian dinas di kapal. Sejak malam angin sudah bertiup kencang, pagi
hujan turun perlahan dan langit menjadi gelap. Gentar hati mengarungi samudera.
Kegentaran saya semakin menjadi ketika lebih dari setengah
jam tiba di balohan, kapal cepat pulau rondo itu tak bisa merapat ke pelabuhan.
Angin sangat kencang. Satu lagi yang berubah, pelabuhan lama telah tenggelam,
pelabuhan seadanya ini penuh lubang dan saya dengan rok coklat itu sangat tidak
anggun dalam melangkah.
Akhirnya saya bertemu yayang untuk mengatur langkah kemana
dahulu mengurus apa dan bertemu siapa.
Segala urusan menyangkut tugas belajar
ini dikaitkan dengan misi say good bye dengan teman seruangan di kantor. Meja
pojok tempat saya biasa nongkrong, masih dipojok namun sekarang bang Mul yang
mendiaminya. Ruangan itu masih saja bersih dan rapi dengan kehangatan. Si bos
yang sedikit diary entah karena apa, menyambut saya seadanya sambil meringis
menahan sakit. Sambil berpesan agar saya besok saja balik ke banda karena cuaca
sangat ekstrim.
Urusan mengantar berkas selesai dengan lancar meski saya tak
bertemu petugasnya. Sisa hari saya berkunjung dan minta makan siang ke rumah
mantan teman serumah ijo. Berbicara banyak sambil menunggu nugget yang
digoreng. Semua toko tutup selama ramadhan, berhubung saya lagi libur puasa,
dan keadaan darurat maka hanya kepadanya saya minta makan.
Sementara angin semakin kencang, dan Yayang berbaik hati
mengantar saya ke pelabuhan. Kalau kapal tidak jalan saya pulang lagi dengan
yayang. Perjuangan berhonda-honda di tengah angin sambil berbagi cerita.
“Rasanya kita tak pernah kemana-mana, rasanya kita memang
selalu di sini, waktu berhenti di pulau ini..” kata Yayang
Dan ketika ombak tinggi sekali, kapal terhuyung-huyung di
tengah samudera, banyak doa yang saya panjatkan. Kapal ini begitu ringkih dan
laut begitu ganas,
“Mungkin kamu ada terniat untuk melupakan sabang, maka dari
itu diberikan sesuatu yang berkesan supaya sabang tidak dilupakan...” sms
yayang yang membuat saya terdiam, ah mana mungkin saya bisa melupakan pulau
itu..