Temurui Clothingline, a story about us
Temurui Clothingline itu berjalan dengan terseok-seok.
Penjualannya seadanya. Pelanggannya hanya sanak keluarga dan kerabat. Produksi
secukupnya dan sampai saat ini order terakhir masih bermasalah dengan tukang
sablonnya.
Saya bahagia karena untuk pertama kalinya ada seorang teman
yang berdomisili di Bandung, memesan tas, bags collectionnya temurui
clothingline. Bermula dari keisengan saya memasang foto tasnya di Profile Pic
BBM tanpa embel-embel order dunk or anything. Cuma semacam rasa bangga saja,
memandang foto tas itu. Jadi besok saya mau mengirim dua tas itu ke Bandung.
Ini semakin mendekati impian untuk bisa berjualan menembus batas geografis.
Bahasanya ketinggian ni.
Bisnis ini memang tidak besar, tapi kami (saya+ndut) punya
impian besar. Suatu saat punya toko suvenir yang keren dengan desain dan
barang-barang yang keren. Meski sebenarnya kami pemalu, malu buat tanya, malu buat nitip, malu buat promosi,
malu buat jualan. Ha..ha.. niat gak sih bisnisnya?
Hanya saja, saya berharap si ndut akan meneruskan tongkat
estafet ini. Saya masih memikirkan cara mengelola bisnis dari jauh karena
sistem belum terbangun. Berhubung dan berhubung semua akan segera lepas landas.
Ya, setidaknya pernah merasakan menjadi enterpreneur, apapunlah namanya.
Berbisnis sungguh mengajarkan banyak hal, khususnya pelajaran tentang sabar dan
negosiasi yang paling banyak sekaligus paling sulit.
Ya, seperti sebuah spanduk yang terbaca saya kemarin entah
dimana,
“berwiraswasta atau mati”
Lebay. Hanya saja mungkin status yang lebih tepat,
seperti yang tertulis di dinding labi-labi saya pagi ini
“putus ketika bersemi...”
Happy Weekend Everyone, jangan lupa order ya.. ha..ha..