Posts

Sebaiknya kita tidak berbicara lagi, lalu kenapa kita berbicara lagi?

Kurang lebih, lima bulan setelah closure, tanpa aba-aba, semesta mengirim lagi satu sapa, untuk menguji apakah pintu itu telah terkunci atau masih dapat dibuka. Ternyata, pintu itu masih bisa dibuka dengan lebar, seakan-akan pintu itu tidak pernah dikunci atau ditutup dengan dibanting keras. Perempuan itu, mungkin agak bodoh, atau agak bingung, atau agak bahagia karena sesuatu yang dipikirnya sudah tidak mungkin datang, tiba-tiba saja, sudah berdiri lagi di depan pintu. Lelaki itu berdiri dengan gugup di depan pintu. Tentu saja dia memiliki beberapa agenda tersembunyi. Dia berusaha agak jujur dengan alasan kedatangannya tapi tetap saja, dia selalu datang dengan beberapa keperluan. Beberapa pertanyaan yang perlu dibahasnya hanya dengan perempuan itu. Dari milyaran manusia di muka bumi ini, hanya perempuan itu yang bisa diajaknya bicara tentang hal itu. Dia datang seolah-olah apa yang terjadi lima bulan lalu tidak pernah terjadi. Perempuan itu, dalam semua perasaan campur aduk, berusaha ...

Thanks for the closure, love

Tidak semua orang butuh closure . Untuk orang-orang yang dapat berdamai, atau dapat menjawab berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan berakhirnya suatu hubungan, closure hanya sebuah pemanis. Apa itu closure ? Untuk saya, closure adalah seperti tanda titik dalam sebuah kalimat. Closure penanda, bahwa sesuatu sudah selesai. Atau sesederhana kalimat penutup dalam sebuah cerita.  Untuk sebuah cerita yang sudah ditulis bertahun-tahun, saya membutuhkan sebuah closure . Masalahnya, cerita ini, setiap saya berpikir sudah berakhir, maka episode baru muncul lagi dengan sangat alami. Seakan-akan tidak ada habisnya. Hanya saja, semua cerita ini, sangat tidak jelas, kemana arahnya, apa maknanya, dan alasan kenapa itu muncul. Hal-hal yang tidak pasti itu, meski saya sudah belajar tentang uncertainties di mata kuliah statistik, lengkap dengan berbagai teori, tetap saja membuat saya tersiksa. Berbagai pertanyaan butuh dijawab, sesuatu yang telah dimulai, baiknya diakhiri ketika memang sudah w...

Lelaki tempatku bercerita

Kamu masih saja seperti itu, paling suka menggodaku tentang hal-hal gila yang pernah aku katakan padamu. Ingatanmu selalu jernih untuk menyimpan percakapan-percakapan kita paling absurd Suara tawamu, penuh kemenangan menggodaku Apa mungkin aku boleh masuk dalam ingatanmu, dan membawa penghapus yang besar, lalu aku hapus potongan-potongan ingatan yang aneh itu Namun, seperti itulah aku, hanya padamu aku bisa mengatakan apapun  Mungkin karena itu aku selalu kembali padamu , dalam langkah-langkah acak yang tak pernah aku mengerti. Lelakiku, terima kasih selalu ada, untuk semua percakapan-percakapan liar kita dan suara tawamu yang membuatku tersenyum lebar di sini.

Capung tadi malam, darimu

Pagi ini, kantuk merengek-rengek minta ikut ke kantor. Seperti anak kecil yang tak rela berpisah dengan ibunya yang akan berangkat bekerja. Aku coba mengganjal mataku dengan segelas tablet vitamin C yang larut dalam air. Buihnya belum selesai  pecah ketika aku teguk terburu-buru. Semalam waktunya tidur, aku malah merasa segar bugar. Darahku bagai dialiri kafein pekat. Mataku tak mau terpejam. Pikiranku terbang dibawa lari capung hitam  ber-ktp NTT. Tuhan, siksaan apalagi ini, aku butuh tidur. Besok hari aku harus apel senin jam delapan pagi. Lewat tengah malam aku baru bisa tidur, tidur yang dipaksakan karena hatiku masih bermain-main dengan capung nakal itu.  Lelaki, setelah bertahun-tahun, kenapa percakapan-percakapan sederhana kita masih membuatku susah tidur? Kenapa aku masih bisa tertawa seperti itu? Kenapa aku masih bisa mendengar kepak kupu-kupu di perutku?  Aku pikir, aku sudah selesai dari semua perasaan yang membuatku sulit tidur. Entah sudah berapa kali, a...

My ten years challenge

My ten years challenge bukannya foto tahun 2009, tapi hal yang belum selesai sejak dimulai tahun 2009, apalagi kalau bukan masalah perasaan dan someone special. 10 tahun yang berantakan, musuhan, berhenti bicara lalu bicara lagi dan berulang-ulang seperti itu. satu dekade yang melelahkan sekaligus penuh warna warni. I am happy that after ten years, we still can talk and argue.

Auf wiedersehen 2018

2018, bagai sekejap mata, pergi, meninggalkan pelanßpelan, malußmalu pamit. Seperti huruf k yang tiba-tiba raib dari keyboard laptopku, dan enggan kembali meski sudah dipesankan keyboard baru dari Jakarta. Terpaksa aku berdamai dengan keyboard sambungan, mengikhlaskan diri belajar lagi letak huruf z dan y yang selalu bertukar. Pagi, hari terakhir di tahun 2018, aku menelpon call center sebuah perusahaan yang aku percayakan mengirimkan dokumen penting ke Jerman. Perusahaan yang harusnya terpercaya, tapi sama sekali tidak amanah. Janji tiba 5-7 hari dengan tarif lebih dua kali lipat, tapi sudah hampir tiga minggu dokumenku masih tertahan di imigrasi jerman. Mbak call center dengan ketus menyuruhku menelpon imigrasi jerman, andai dia berikan nomor teleponnya, mungkin bisa aku telepon juga. Pagi yang dihabiskan marah-marah ditelepon, memarahi yang seharusnya tidak dimarahi, tapi tak bisa menahan diri untuk tidak marah oleh lepasnya tanggung jawab begitu mudah, hal yang mungkin sudah bi...

kisah sahabatku yang menolak

pada jiwa-jiwa yang bebas yang membenci mengangsur kredit rumah tinggal cukup lama di satu tempat membeli mobil dengan tempat duduk yang cukup memasak makanan tiga kali sehari dan menghidang penuh teliti menyuci baju hingga kerahnya putih bersih menyetrika dengan teliti dan rapi aku meyakinkanmu, mungkin ada baiknya mulai mengerti cara menjadi dewasa menikah, punya anak, punya rumah, punya mobil bukannya bercerita tentang novel, sekolah, dan mimpi-mimpi gila bertualang melihat-lihat atau bahkan mendirikan yayasan punyamu sendiri berhenti tersenyum padahal hatimu keruh semua itu akan membuatmu makin tak berdaya berdirilah dan mulai  menulis tentang kesedihan itu agar jiwamu terus menari dan berani membisikkan seribu mimpi lagi RSUD Meuraxa, 28.03