anak lelaki itu..
cuma dia,
dia yang menarik pipiku ketika terlalu gemas dan membuatku meringis
anak lelaki moody itu yang dengan semena-mena mengambil alih kamar masa remajaku, mengisi dan membuatnya seperti kapal pecah dengan beragam barang maskulin yang bertebaran dengan ganasnya
anak lelaki yang sok bijaksana itu juga tahan berjam-jam mendengar cerita cinta dodolku, lalu komentar bodrex-nya menjadikan cerita yang sungguh dramatis itu menjadi lucu dan bisa ditertawakan seenaknya
anak lelaki bodoh itu juga, terlalu bodoh untuk jadi lulusan terbaik dengan ipk mendekati sempurna, di institut sastra tempatku tertatih-tatih menimba ilmu
dan sekarang, anak itu terlalu sibuk memunguti kata, menulis seribu lima ratus sekian sekian, butiran kata dipungutinya satu-satu, dan terbatuk-batuk karena kata-kata itu membuat otaknya terlalu critical memandang apapun
dia, anak lelaki yang aku rindukan, yang pas fotonya terselip rapi di dompet merahku, dengan senyum seadanya, dan tampang yang terlalu imut untuk dibayangkan
ah, dia yang juga terlalu sering tersesat dan lemah navigasi, bertahan di dunia krayon aneka warnanya, terlungkup di depan laptop dengan corel yang terus saja menguji kesabarannya,
kadang dia menjelma menjadi seorang lelaki dewasa yang dengan gagahnya menjemur pakaian di depan rumah, atau berdiri dengan penuh percaya diri di depan bak cuci piring, atau sekedar memegang sapu dan menggerakkannya dengan perlahan
atau terlalu malas, membonceng kakak atau mama yang manja ke sana kemari, sekedar berputar-putar atau mengukur jalan kota
dan sore ini, dalam random pembicaraan tentang hidup, ketika kami terlalu sibuk dengan dunia dodol ini, dan cita-cita bodrex ini, kangen pelan-pelan menggeliat
ndut i miss you so..
dia yang menarik pipiku ketika terlalu gemas dan membuatku meringis
anak lelaki moody itu yang dengan semena-mena mengambil alih kamar masa remajaku, mengisi dan membuatnya seperti kapal pecah dengan beragam barang maskulin yang bertebaran dengan ganasnya
anak lelaki yang sok bijaksana itu juga tahan berjam-jam mendengar cerita cinta dodolku, lalu komentar bodrex-nya menjadikan cerita yang sungguh dramatis itu menjadi lucu dan bisa ditertawakan seenaknya
anak lelaki bodoh itu juga, terlalu bodoh untuk jadi lulusan terbaik dengan ipk mendekati sempurna, di institut sastra tempatku tertatih-tatih menimba ilmu
dan sekarang, anak itu terlalu sibuk memunguti kata, menulis seribu lima ratus sekian sekian, butiran kata dipungutinya satu-satu, dan terbatuk-batuk karena kata-kata itu membuat otaknya terlalu critical memandang apapun
dia, anak lelaki yang aku rindukan, yang pas fotonya terselip rapi di dompet merahku, dengan senyum seadanya, dan tampang yang terlalu imut untuk dibayangkan
ah, dia yang juga terlalu sering tersesat dan lemah navigasi, bertahan di dunia krayon aneka warnanya, terlungkup di depan laptop dengan corel yang terus saja menguji kesabarannya,
kadang dia menjelma menjadi seorang lelaki dewasa yang dengan gagahnya menjemur pakaian di depan rumah, atau berdiri dengan penuh percaya diri di depan bak cuci piring, atau sekedar memegang sapu dan menggerakkannya dengan perlahan
atau terlalu malas, membonceng kakak atau mama yang manja ke sana kemari, sekedar berputar-putar atau mengukur jalan kota
dan sore ini, dalam random pembicaraan tentang hidup, ketika kami terlalu sibuk dengan dunia dodol ini, dan cita-cita bodrex ini, kangen pelan-pelan menggeliat
ndut i miss you so..