Auf wiedersehen Om Anton
menelusur ingatan tentang si om, adik babah saya, lelaki keren pertama yang saya kenal. Tinggi 172 cm, dengan berat badan seimbang, membuat apapun yang dikenakannya kelihatan berkelas. Seleranya sangat bagus, tak pernah ragu membayar mahal untuk kualitas. Dulu ingat saya, kamarnya di rumah nenek, ditempel poster lelaki yang sedang memanjat gunung. Tas ransel besarnya tergantung di dinding. Foto-fotonya bersama sahabat-sahabatnya dengan senyum paling lebar dalam album yang diletakkan di lemari, suka saya obrak-abrik dan saya lihat-lihat. Foto favorit saya, ketika si om jadi petugas pengibar bendera, dengan seragam putih paski dan kopiah terlihat sangat gagah. Kamarnya rapi, buku disusun teratur, lemari baju plastik berdiri tegak. Di sudut kamar ada dua barbel. Si om hobi berolah raga. Setiap hari tak pernah absen berskipping dan mengangkat beban. Hal yang paling membuat saya takjub, si om bisa bergantung di tiang yang dipasang di pintu belakang. Kadang saya diangkat ke atas...