Kopi dan Banda Aceh
Setiap meeting di kantor, saya selalu menantikan sebuah
pertanyaan,
“Mau kopi atau teh ?” Ketika cangkir-cangkir minuman hangat
itu mulai dibagikan.
Biasanya saya pilih kopi, karena disitulah satu-satunya
kesempatan saya buat menikmati secangkir kopi gratis. Hehehe..
Saya jarang minum kopi, jarang ngopi bareng dan kalau
ngumpul-ngumpul di kedai kopi biasanya pesan air kacang ijo.
Banda Aceh semakin terkenal dengan kedai-kedai kopinya yang
tersebar di seluruh penjuru kota dan gampong. Teman saya yang baru pindah ke
Banda Aceh, sepertinya sudah mulai tour warung to warung sekalian nonton bola. Kemarin
dia mulai terserang flu karena kebiasaan ngopi larut malam ini.
Beberapa teman saya memiliki tempat ngopi favorit. Warung
kopi yang sudah menjadi rumah kedua, dalam artian kalau dicari di rumah tidak
ketemu maka carilah dia di warkop langganannya itu, pasti ada. Konon setiap
warkop memiliki ramuan kopi rahasia yang berbeda. Beberapa warkop juga membuat
pengunjungnya merasa keren dan gaul hanya dengan duduk di warkop tersebut. Hahaha..
Belakangan ini perempuan tidak tabu lagi nongkrong di warkop
yang sebelumnya dikuasai kaum laki-laki. Memang berkembang beberapa pro kontra
berkaitan dengan perempuan dan warkop. Menurut saya tidak semua perempuan yang
duduk di warkop harus dikomen macam-macam. Beberapa warkop di Banda Aceh sangat
nyaman untuk perempuan bersosialisasi, sekedar bersantai, ngobrol, atau diskusi.
Modalnya cuma secangkir kopi dan beberapa potong kue, maka sampai kapanpun
tidak ada yang akan mengusir.
Hampir semua warkop punya fasilitas internet yang cepat. Kata
teman saya yang wartawan kalau internetnya mati dia langsung pindah ke warkop. Kebanyakan
pengunjung biasanya memanfaatkan internet gratis ini untuk update status
facebook atau antivirus.
Akhir November ini ada festival kopi di Banda Aceh. Harusnya
temurui clothingline ikut jualan jualin, hanya saja tidak ada yang bisa jaga
lapak jadinya mundur teratur. Sungguh menarik meramu kebiasaan minum kopi
menjadi atraksi wisata yang menjual. Kopi juga sudah menjadi buah tangan wajib
dari Aceh. Adik saya selalu membawakan kopi aceh pesanan teman-temannya balik
dari mudik lebaran.
Hanya saja banyak sekali tahapan hingga secangkir kopi tiba
di meja warkop. Kebun-kebun kopi di Aceh berada di Gayo, Kabupaten Aceh Tengah.
Teman saya yang memiliki kebun kopi di tanah Gayo menceritakan suka duka petani
kopi yang pekerjaannya tak ada habis-habisnya merawat pohon kopi. Maka berbahagialah
ketika menyeruput segelas kopi. Rayakanlah dan tersenyumlah pada orang-orang yang menemani
anda minum kopi.
Kapan-kapan ke Banda Aceh, mari kita tour warkop to warkop...