cafe blau dan si Buddy
Cafe Blau, ramadhan hari entah ke berapa, dia menemani saya berbuka. menunggu dengan sabar, waktu berbuka yang kelewat panjang di musim panas.
Waktu itu, saya memilih dengan cermat, pakaian apa yang saya pakai dan model jilbab yang agak hijaber, yang jarang-jarang saya pakai. hanya untuk memberikan kesan pertama yang agak unyu.
Gondrong, kaca mata, dan senyum yang meneduhkan, seketika saya merasa Tuhan bermain mata dengan saya. Too good to be true, kalau buddy saya ini lumayan keren.
Tiga tahun kemudian, sore tadi, di cafe Blau, saya masih saja terpesona caranya membicarakan researchnya, dan pengetahuannya sebagai seorang ahli sejarah yang hampir jadi phd.
sampai ketemu lagi, salju tadi siang, segelas kopi susu cangkir jumbo, jaket merah, dan lambaian tangan..
Waktu itu, saya memilih dengan cermat, pakaian apa yang saya pakai dan model jilbab yang agak hijaber, yang jarang-jarang saya pakai. hanya untuk memberikan kesan pertama yang agak unyu.
Gondrong, kaca mata, dan senyum yang meneduhkan, seketika saya merasa Tuhan bermain mata dengan saya. Too good to be true, kalau buddy saya ini lumayan keren.
Tiga tahun kemudian, sore tadi, di cafe Blau, saya masih saja terpesona caranya membicarakan researchnya, dan pengetahuannya sebagai seorang ahli sejarah yang hampir jadi phd.
sampai ketemu lagi, salju tadi siang, segelas kopi susu cangkir jumbo, jaket merah, dan lambaian tangan..