Awal dan Akhir
Mungkin, ketika
mengakhiri sesuatu, artinya sama dengan mengawali sesuatu. Akhir kadang baik,
kadang juga menyakitkan dan awal kadang menyenangkan, kadang juga penuh
ketidaknyaman.
Awalnya saya
tidak terlalu memperhatikan sosok biasa dan bentangan budaya yang terlalu
lebar. Saat dia duduk dengan nyaman dan
mempehatikan dengan penuh seluruh ketika saya berbicara, hingga saya kehilangan
kata dan terlalu panik menyusun kalimat. Ketika dia menolong saya dan begitu tulus menjelaskan ini dan itu, tiba-tiba saya tersenyum. Semua hening yang ada, atau
beberapa kata dalam sapaan seadanya, maka mungkin cukup untuk memberi warna
baru dalam hari.
Akhirnya
pelan-pelan saya menyadari, semua sudah berakhir dalam kecepatan yang tepat. Ketika
cerita tentangnya tak begitu menarik lagi dibandingkan kenangan masa lalu yang
cukup indah. Mungkin dia memang benar, menjauh dan membungkus rasa dengan
angkuh merupakan yang terbaik untuk kami. Tak ada yang perlu diresahkan toh
diam yang dibangun dengan tegas telah menjadi tembok kokoh yang membuat saya
siap membungkus kembali semua yang sudah saya titipkan kepadanya.
Maka ketika saya
berjalan menembus kabut, meski lubang itu masih menganga, saya tau, suatu saat
itu akan pulih, dengan semua energi yang dicurahkan oleh daun-daun yang
bertebaran dan angin dari kutub yang mulai berhembus.
Mungkin, ketika
saya bergerak, saya sedikit takut dengan semua kekosongan dan sesuatu yang
baru. Meski tanpa sadar, saya tau hal baru itu sudah pelan saya kantongi. Maka untuk
awal saya ucapkan selamat datang.
Saya, dia, kami,
dan kita, ini saatnya berpisah. Lebih baik tanpa kata dan tanda, agar nanti
bila bertemu lagi, tak terlalu canggung memulai bincang.