a plok of hopes
Siang tadi saya sempat membaca beberapa blog tentang
minimalis, dan saya menemukan tentang ide menulis keinginan, perasaan atau
apapun dalam kertas warna-warni lalu dilipat dan dimasukkan dalam toples. Maka
tanpa pikir panjang saya mencari kertas yang tak dipakai lagi, memotongnya
kecil-kecil, menulis, dan melipatnya dengan rapi.
Awalnya saya menulis tentang perasaan, keinginan, dan
harapan saya saat ini. Setelah selesai saya menulis untuk “dia” yang masih saja
menyewa kamar-kamar di hati saya. Meski sudah diusir karena kelamaan tanpa
status yang jelas, tetap saja dia bergeming. Maka dalam kertas-kertas kecil itu
saya menulis apa saja yang saya rasakan.
Kalau dengan orangnya, jangan tanya
sudah berapa banyak email komplain yang saya kirimkan. Kata dia, be free, tulis
saja suka-suka saya. Dia tahu saya beraninya cuma nulis, kalau ketemu orangnya
langsung kehilangan kata ha..ha..ha..
Tanpa terasa banyak sekali kertas yang telah saya tulis dan
saya lipat berbentuk segitiga. Setelah itu, saya baru sadar saya gak punya
toples. Kertas-kertas itu berserak di atas meja. Maka saya kumpulkan dan hanya
karena “plok” ikea yang kosong, saya masukkan saja ke dalam plok itu.
Lalu secara
acak saya ambil dan saya baca kembali. Waktu menulis, gak pakai mikir, apa yang
terlintas ditulis saja. Pas dibaca lagi, saya tertawa-tawa sendiri. Sungguh
sesuatu sekali dan terlalu. Terlalu jujur, naif, bodoh, dan aneh, jadi malu bacanya.
plok of hopes kami : kiri : saya - kanan : dia |
Hanya saja saya menikmati sekali menulis dan melipat semuanya,
ibarat kegiatan beres-beres hati, sampah-sampah ini dipindahkan dari kepala ke
kertas kecil yang saya potong tak rapi. Biarlah semua tertulis dalam lipatan
kertas itu. Nanti kalau sudah kadaluarsa tinggal saya tuang isinya ke tong
sampah di dapur, gak akan ada yang baca, pada gak ngerti bahasa indonesia.
hehe..