Schoenes Wochende
Pak Fahmi rikues saya menuliskan sesuatu tentang perjalanan
kami weekend kemari menelusuri selatan. Sudah tiga hari dan saya belum
mendapatkan kata-kata dan inspirasi agar bisa menulis dengan baik. Sore ini
saya duduk di depan laptop dalam sore tipikal jerman yang dingin dan abu-abu.
Lalu mencoba mengingat-ingat tentang perjalanan kami kemarin itu.
Dua hari dua malam bersama, menyinggahi beberapa kota,
berbincang tentang apa saja. Ada yang tertawa, ada yang marah, ada yang sakit
hati dan ada yang berbicara tapi tak ada yang peduli. Berlari, turun naik
kereta, mencari kereta yang tepat, kedinginan dan menghitung kantuk dalam
goyangan gerbong menembus siang dan malam.
Kami masih bersembilan, empat tiket akhir minggu yang manis
dan sembilan tiket kereta paling cepat, berdebat tentang apapun, bercanda dan
berkompromi. Berjalan dengan ransel yang berat dan sesekali mengabadikan gerak
dalam balutan kota-kota di selatan yang disinggahi. Masih saja untuk hal-hal
kecil yang terlupakan hingga hilang semua semangat dan regu terbagi dua dan
sejarah ditorehkan di Strasbourg, paris kecil yang menawan.
Memang seperti itulah sebuah perjalanan bersama, kejutan
bagian paling mendebarkan yang selalu ada. mungkin memori kita tak akan sama,
tentu saja akan ada bagian paling berkesan yang sungguh hanya kita yang tau.
Ketika kita bisa tidur dengan nyenyak karena ada sahabat-sahabat dalam kereta
yang sama yang akan membangunkan ketika harus berganti kereta.
Ingatlah selalu makan siang kita dipinggir sungai menghadap
schloss yang megah, dan berapa ratus anak tangga yang kita daki, atau kopi yang
tumpah karena dibawa berlari mengejar kereta. Mungkin nanti kita harus tetap seperti
itu dalam mengejar cita-cita kita, tak ada yang tak mungkin. Kalau harus
mendaki kalau harus berlari, meski kaki sudah lelah dan nafas tinggal setengah,
dan dingin mengurung indra, tetaplah mencoba. Ingatlah, ada teman-teman kita
yang menemani, berlari bersama, memberi semangat dan menolong ketika harapanpun
tak ada lagi.
Bayangkan ketika kita mengangkat koper masing-masing dari
kota ini, kita bepergian bersama, seperti pagi itu, belum jam lima pagi. Kita masih bersama.
Kapan-kapan kita berjalan bersama-sama lagi menelusuri sudut yang berbeda,
dalam rasa yang tak pernah berubah..