Analogi kereta dan hidup
Beberapa hari menghabiskan waktu di kereta api, saya
memikirkan tentang hubungan antara kereta api dan hidup. Jaringan kereta api
dan armadanya yang tepat waktu itu, mau gak mau membuat saya takjub.
Lalu terlintas begitu saja, mungkin hidup ini bisa
diibaratkan seperti naik kereta api di Jerman ini.
Kita selalu punya tujuan yang dituju, jauh atau dekat tergantung kebutuhan kita. Jarak ini berbanding lurus dengan waktu tempuh dan harga tiket yang harus dibeli.
Harga tiket itu menurut saya, adalah usaha dan pengorbanan
yang harus kita lakukan untuk mencapai tujuan. Kalau kita ingin cepat sampai ke
tujuan, tak perlu tukar-menukar kereta, tentu pilihannya kereta yang keren
seperti ICE. Kalau uang kita tak seberapa tapi waktu tempuh yang agak lama,
dengan fasilitas yang tak seberapa, IC mungkin pilihan yang tepat. Kalau pengen
naik kereta yang murah dan lama di jalan bisa naik RE.
Memilih menempuh perjalanan naik kereta apa, kemana, kapan, dengan
siapa, selalu menjadi pilihan yang sulit. Namun, pilihan itu tetap ada di
tangan kita, kita yang harus memilih berdasarkan kondisi dan kata hati.
Lalu kalau kita sudah beli tiket, belum tentu kita bisa
nyaman dalam perjalanan. Kalau kita menunggu kereta di tempat yang salah,
otomatis kita ketinggalan kereta. Kalau kita duduk ditempat duduk yang
direserved buat orang lain, harus siap-siap diusir sama yang punya tempat
duduk. Telinga harus dibuka lebar mendengarkan penuh kosentrasi pemberitahuan
di kereta yang biasa dalam bahasa jerman. Apakah kereta akan telat sampai atau malah
kita harus turun dan melanjutkan perjalanan dengan kereta lain karena satu dan
lain hal.
Kenyamanan itu dimana-mana sulit untuk dicapai. Meski kita
sudah punya planning, belum tentu realita
sesuai dengan ekspektasi. Biasanya ini terjadi karena kurangnya
kemampuan kita membaca keadaan dan terlambat mengambil keputusan.
Menariknya, kalau kita booking tiket jauh-jauh hari dan
bepergian dengan teman atau grup, harga tiketnya jadi jauh lebih murah. Ini
saya artikan, kalau persiapan kita bagus dan punya banyak sahabat untuk
berbagi, pastinya perjalanan kita akan terasa lebih mudah.
Ya, ini analogi hanya untuk kereta api di Jerman. Kalau
kereta api di Jakarta, ah itu lebih seru dan lebih rasional menggambarkan hidup
yang penuh perjuangan. Tentunya kita juga masih punya pilihan naik sepeda, becak,
ojek, getek, bis, rakit, dan pesawat terbang untuk bepergian. Ini hanya analogi
ngawur saya dari balik jendela kereta..
Informasi tentang ICE, IC, dan RE bisa dilihat disini
http://www.bahn.de/hilfe/view/pk/de/alle_ergebnisseiten_produktinfo.shtml
http://www.bahn.de/hilfe/view/pk/de/alle_ergebnisseiten_produktinfo.shtml