detak
Sepertinya saya produktif sekali menulis minggu ini. Saya tidak melakukan apa-apa, di kamar saja seharian
sepulang dari les. Beberapa alasannya karena cuacanya hujan-gak hujan-hujan. Mungkin
juga lagi banyak inspirasi, melihat berbagai macam foto, membaca berita di
koran internet, mendengar lagu-lagu baru, dan langit yang kelabu yang membuat
saya mellow swallow gellow.
Lalu dalam tidur siang saya yang sayup-sayup, di atas sprei
putih (kalau bukan pinjaman, tak akan pernah saya memakai sprei putih), saya
melihat pergelangan tangan saya. Ada yang berdenyut di sana. Maka untuk sekitar lima menit saya memandangi
pergelangan tangan saya yang tergeletak berjarak lurus pandangan mata. Detak
itu terlihat begitu aneh. Bagian tubuh saya yang tak bisa saya kendalikan.
Detak yang membuat saya terpana, entah kenapa siang ini menampakkan dirinya.
Saya masih hidup. Mungkin suatu saat detak itu berhenti.
Detak dan garis biru pembuluh darah itu, sedang bekerja
keras untuk saya, bahkan ketika saya tertidur mereka tak berhenti bergerak. Detakan
kecil yang kadang tak disadari namun tetap berdetak, tak perduli apakah sedang
tertidur atau berlari.
Tulisan yang tak jelas ini, kalimat-kalimat aneh ini, mohon
dimaafkan. Saya hanya masih terpana dengan detak kecil teratur yang menyapa
saya siang ini, seakan berkata...
“Nothing to worries, you
are still alive sari ..”