nonton atau disetrap?
Konser Sandhy Sandoro malam itu, tiga jam saya berdiri.
Awalnya, saya pikir, sendal baru saya yang membuat pegal. Maka pelan-pelan saya
lepas sendal itu dan berdiri tanpa alas kaki. Ternyata pegalnya tak juga
hilang. Saya simpulkan kaki sayalah yang tak kuat lagi menahan berat tubuh.
Kemudian saya dan teman-teman memutuskan mundur ke belakang.
Duduk melantai. Meski agak jauh, tetap saja konsernya ternikmati.
Jadi, ini pengalaman saya pertama kali nonton konser yang
berdiri begitu dekat dengan panggung. Detak jantung yang terhantam suara drum,
efek asap-asap, dan lampu yang menyilaukan ternyata seperti atribut wajib
konser. Senangnya saya, penontonnya meskipun ramai sangat tertib dan teratur.
Jadi rasanya aman saja.
Selama ini kemana saja saya sampai tak pernah menonton
konser seperti itu? Ingat saya dulu, waktu SMU pas Kahitna datang ke Banda
Aceh, jangankan nonton, minta ijin pergi nonton aja saya tidak berani.
Selebihnya berlalulah semua masa-masa kuliah saya dengan sunyi (waktu jaman
saya, seni mati di Kampus saya). Sekali-kali kalau sahabat saya manggung
sembunyi-sembunyi dalam even yang tak resmi, saya diajaknya datang menonton.
Segitu saja.
Sekarang, kesempatan menonton acara seni dengan gratis
datang sangat banyak. Tempat kursus saya rajin membagikan tiket
gratis. Sungguh, saya menikmati mencoba hal-hal baru seperti ini, meski saya
harus disetrap tiga jam berdiri..hehehe