e-mail - e-mail itu
Mungkinpun email-email itu tak sempat kamu baca apalagi
untuk membalasnya. Sementara terlalu banyak yang harus aku ceritakan padamu,
karena hanya kamu yang aku inginkan mendengarkan semua kisah itu.
Mungkinpun email-email itu tak pernah kamu buka apalagi kamu
baca. Sementara aku tak bisa berhenti menuliskannya untukmu, hanya karena
kamulah yang selalu aku bayangkan duduk dan membaca baris-baris yang mengalir
begitu saja.
Mungkinpun email-email itu langsung kamu hapus dan tak pernah dihiraukan. Sementara di sini,
hujan pun berteriak-teriak padaku, memohon dirangkaikan dalam kalimat agar kamu
tahu bulirnya kerap jatuh membasahi jalan-jalan yang pernah kita susuri berdua.
Mungkinpun aku akan berhenti menulis untukmu, entahlah kalau
kali ini aku bisa berhenti menulis. Sementara perasaan ini terus berkelana
mencari kata dan kalimat lalu memaksaku menghidupkan laptop, menulis beberapa
halaman, dan mengirimkannya padamu.
Ah bukan, sebenarnya email-email
itu untuk angin, kalau kamu menerima email itu, itu karena angin menyuruhku
mengirimkannya via emailmu.
Berhenti atau tidak menulis email-email itu, aku yakin tak pernah terlalu penting untukmu.
Sementara di sini aku masih saja merangkai kata meresapkan semua kisah dalam
berbaris-baris email yang aku tuliskan, entah bagaimana selalu saja menumbuhkan
kebahagiaan, meski dalam inboxku tak pernah ada namamu.