Ternyata menulis itu...
Akhir-akhir ini saya baru menyadari sebuah kebahagiaan yang
sangat besar karena dapat menulis apa saja seperti ini. Apa yang terpikirkan
bisa ditulis langsung dalam kata dan kalimat. Gak perlu berpikir, mata malah
hanya menatap monitor dan tak melihat keyboard, jari menari lincah. Kata mengalir
kalimat terbangun.
I also can write
anything in English. I can say anything that I want to say. I know the words, I
know how to spell, say, and write it. I have the clue...
Jetzt Ich habe viele probleme. Ich kann nicht Deutcsh schreiben,
lesen, und sprechen. Ich Ich Ich.. aduh.. ha..ha.. susahnya mau nulis satu
kalimat saja, saya masih oon ni bahasa Jermannya. Masih harus buka buku latihan,
buku catatan dan kamus hanya untuk menulis kalimat sederhana.
Ya, ternyata menulis dan berbicara itu proses yang rumit
sangat. Kemampuan berbicara bahasa asing itu bisa dipelajari hanya saja menurut saya, untuk bisa sampai ke level menulis itu, sehr fantastichs. Jadi,
saya mau terus menulis, saya mau menulis banyak puisi, saya mau menulis novel. Ha..ha.. tetap saja menulis novel dalam bahasa
Indonesia susah.
Intinya, bahasa ibu merupakan suatu anugerah terbesar dalam
hidup seseorang. Ya, bahasa melayu itu dengan segala lagak dan istilahnya yang
aneh-aneh yang masih saja dipakai Ibu saya untuk mengatakan hal-hal yang hanya
bisa kami pahami. Mungkin kata yang yang tepat untuk saya saat ini adalah “terjerangkang”
atau malah “tengingik-ngingik” belajar Bahasa Jerman. Ha..ha..