Balada internet cepat di Aceh
kemarin, saya mengunjungi kantor layanan provider modem saya yang tiba-tiba habis belum genap dua minggu. 18 GB dihabiskan untuk mendengarkan musik, nonton film, window shopping dan hal remeh temeh lain. Harga voucher sebulan itu cukup merobek kantong, tetapi di Banda Aceh yang tak ada hiburan kecuali ngopi dan makan, internet kencang merupakan penolong yang budiman. Hanya saja harga internet yang kencang dan lancar sangat mahal di Aceh. Paket-paket puluhan GB yang ketika diterangkan dan dianalisis dengan baik ternyata hanya berjumlah belasan GB saja. Sebagian besar provider menawarkan paket yang menurut saya penuh jebakan batman untuk mendorong laju penjualan. Tidak ada rasa kasih sayang untuk costumernya yang setia, yang tidak punya pilihan, yang sangat membutuhkan. Tidak ada rasa ingin menolong, tulus, dan niat baik. Saya memandang wajah petugas costumer service yang menjelaskan sebaik-baiknya beberapa pilihan yang bisa saya ambil yang memberikan keuntungan ataupun keringan...